a). motivasi primer, motivasi yang berasal dari motiv2 motiv yang dasar berasal dari biologis, jasmani hingga insting kehidupan dan insting kematian.
B). motivasi sekunder, motivasi ini berkaitan atas, afektif, kognitif dan psikomotor..yang dipengaruhi oleh sikap: kecenderungan untuk berpikir dan kecenderungan dalam melakukan pengalaman.
Perilaku manusia tersebut terdiri atas tiga komponen yaitu, terdiri atas : 1. Komponen afektif yaitu Komponen afektif adalah aspek emosional. Komponen ini terdiri dari motif sosial, sikap dan emosi. 2. Komponen kognitif yaitu Komponen kognitif adalah aspek intelektual yang terkai dengan pengetahuan. 3. Komponen konatif yaitu Komponen konatif adalah terkai dengan kemauan dan kebiasaan bertidak.
Berdasarkan sifatnya yaitu intrinsic yakni Adalah dorongan untuk melakukan sesuatu atas inisiatif sendiri. Motivasi instrinsik mendorong dan memberi energi pada tingkah laku sehingga mengarah pada timbulnya motivasi berprestasi. dati dalam, lebih kuat dibandingkan ekstrinsik..ekstrinsik yakni dari luar..dorongan terhadap perilaku seseorang yg ada di luar perbuatan yg dilakukannya. Orang berbuat sesuatu karena dorongan dari luar seperti adanya hadiah, menghindari hukuman
Ciri2 orang yg memiliki motivasi tinggi yaitu 1. Tekun dalam menghadapi tugas 2. Ulet dalam menghadapi kesulitan 3. Menunjukkan minat terhadap berbagai macam masalah 4. Lebih sering bekerja sendiri 5. Tidak tugas terhadap tugas2 rutin 6. Dapat mempertahankan pendapat 7. Tidak mudah melepaskan hal2 yg diyakini 8. Sering membaca dan mampu memecahkan masalah
Teori motivasi menurut Abraham Maslow 1. Kebutuhan fisiologi yg meliputi kebutuhan sandang, pangan dan papan 2. Kebutuhan rasa aman yg meliputi keamanan jiwa, keamanan harta benda dari perilaku yg adil 3. Kebutuhan social yakni kebutuhan untuk berprestasi, kebutuhan akan kasih saying, kebutuhan untuk berkomunikasi dgn orang lain 4. Kebutuhan akan penghargaan, meliputi pengakuan dan perhatian, harga diri dll. 5. Pencapaian akan aktualisasi diri sendiri, kebutuhan untuk mengembangkan diri dari pencapaian potensi diri. 6. Kebutuhan kognitif 7. Kebutuhan keindahan 8. Kebutuhan transeden
Kelas yg berpusat pada pelajaran Kelas yg berpusat pada penampilan
Keberhasilan didefenisikan hanya sbg penguasaan, perkembangan, peningkatan / Keberhasilan itu bagaimana usaha dan perkembangannya
Nilai diletakkan pd nilai tinggi, u/ melakukan sesuatu yg lebih baik /
Alas an u/ puas ketika menemukan tantangan/kerja keras / Mengerjakan sesuatu yg lebih baik dari yg lain dan sukses dengan usaha yg minimum
Guru berorientasi pd pembelajaran siswa / Berorientasi pada performance siswa
Melihat kesalahan sbg sesuatu bagian yg normal dari belajar / Melihat kesalahan sebagai basis u/ melihat kesalahan
Alas an u/ berusaha, u/ meningkatkan pemahaman / u/ mendapatkan nilai tinggi sehingga dapat dipandang melakukan sesuatu yg dianggap baik
Kemampuan dipandang sebgai tambahan dan dapat diubah / Satu kesatuan/kesuluruhan dan diperbaiki
Alas an penilaian, diberikan u/ mengukur perkembangan melalui kriteria yg ditentukan / Menentukan nilai u/ membandingkan nilai antara siswa yg satu dengan yg lain
Tujuan evaluasi :
1. U/ mengetahui tingkat kemajuan yg dicapai peserta didik dalam kurung waktu tertentu
2. u/ mengetahui kedudukan peserta didik
3. u/ mengetahui tingkat usaha yg dilakukan siswa
4. u/ mengetahui sejauh mana seseorang telah menggunakan fasilitas kognitif
5. u/ mengetahui tingkat daya guna dan hasil guna metode yg telah digunakan
macam2 evaluasi :
1. pre test dan post test, digunakan oleh guru sebelum memulai pembelajaran untuk mengetahui pengetahuan siswa sejauh mana yg belum dilakukan. Post test yaitu evaluasi yg dilakukan setelah penyajian materi u/ mengetahui pengetahuan siswa sejauh mana yg telah dilakukan
2. diagnostic, yaitu mengkaji bagian2 tertentu yang masih belum dipahami
3. evaluasi kromatik, berlangsung dalam suasana yg formal. Misx ulangan dll
4. evaluasi simatik, untuk mengukur prestasi kerja pada satu periode tertentu, digunakan u/ buku lapor
5. UAN
Syarat2 evaluasi :
1. Kesahihan : kualitas : Kesahihan atau validitas (validity) yaitu ketepatan evaluasi mengevaluasi apa yang seharusnya di evaluasi.
2. Keberandalan : tingkat kepercayaan : Keterandalan evaluasi berhubungan dengan masalah kepercayaan, yakni tingkat kepercayaan bahwa suatu instrument evaluasi mampu memberikan hasil yang tetap (Arikunto, 1980: 81).
3. Kepraktisan : berbagai kemudahan dalam alar evaluasi yg digunakan : Kepraktisan evaluasi dapat diartikan sebagai kemudahan-kemudahan yang ada pada instrument evaluasi baik dalam mempersiapkan, menggunakan, menginterprestasi atau mengolah hasilnya, maupun kemudahan dalam menyimpannya.
Alat evaluasi :
1. Objektif
2. Subyektif
defenisi belajar
Moh. Surya : belajar dapat diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan perilaku baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya”.
Thursan Hakim : belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dan lain-lain kemampuan.
Slameto : belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Ngalim : Belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku, yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.
M. Sobry : Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan yang baru sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Skinner : Belajar merupakan hubungan antara stimulus dan respons yang tercipta melalui proses tingkah laku.
Gagne : proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku. penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang diperoleh dari instruksi.
Lester D. Crow : Learning is the acuquisition of habits, knowledge and attitudes ( Belajar adalah upaya untuk memperoleh kebiasaankebiasaan, pengetahuan dan sikap-sikap )
Hudgin : Belajar dapat didefinisikan sebagai suatu perubahan dalam tingkah laku, yang mengakibatkan adanya pengalaman
Witherinthon : “belajar merupakan perubahan dalam kepribadian yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respons yang baru berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan”.
Ciri belajar :
Syaiful bahri :
- Perubahan yang terjadi secara sadar.
- Perubahan dalam belajar yang bersifat fungsional.
- Perubahan dalam belajar yang bersifat positif dan aktif.
- Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara.
- Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah
- Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku
Muh. Surya :
INTENSIONAL : Perubahan perilaku yang terjadi merupakan usaha sadar dan disengaja dari individu yang bersangkutan. Begitu juga dengan hasil-hasilnya, individu yang bersangkutan menyadari bahwa dalam dirinya telah terjadi perubahan, misalnya pengetahuannya semakin bertambah atau keterampilannya semakin meningkat, dibandingkan sebelum dia mengikuti suatu proses belajar
- KONTINYU : Bertambahnya pengetahuan atau keterampilan yang dimiliki pada dasarnya merupakan kelanjutan dari pengetahuan dan keterampilan yang telah diperoleh sebelumnya. Begitu juga, pengetahuan, sikap dan keterampilan yang telah diperoleh itu, akan menjadi dasar bagi pengembangan pengetahuan, sikap dan keterampilan berikutnya.
- FUNGSIONAL : Setiap perubahan perilaku yang terjadi dapat dimanfaatkan untuk kepentingan hidup individu yang bersangkutan, baik untuk kepentingan masa sekarang maupun masa mendatang
- POSITIF : Perubahan perilaku yang terjadi bersifat normatif dan menujukkan ke arah kemajuan
- AKTIF : Untuk memperoleh perilaku baru, individu yang bersangkutan aktif berupaya melakukan perubahan
- TERARAH : Individu melakukan kegiatan belajar pasti ada tujuan yang ingin dicapai, baik tujuan jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang
- MENYELURUH : Perubahan perilaku belajar bukan hanya sekedar memperoleh pengetahuan semata, tetapi termasuk memperoleh pula perubahan dalam sikap dan keterampilannya.
- bersifat pemanen. Perubahan perilaku yang diperoleh dari proses belajar cenderung menetap dan menjadi bagian yang melekat dalam dirinya
menurut para ahli
Sukandi (1983: 18); tujuan belajar adalah mengadakan perubahan tingkah laku dan perbuatan. Perubahan itu dapat dinyatakan sebagai suatu kecakapan keterampilan, kebiasaan, sikap, pengertian, sebagai pengetahuan atau penerimaan dan penghargaan.
Surakhmat(1986) mengatakan bahwa tujuan belajar adalah mengumpulkan pengetahuan, penanaman konsep dan pengetahuan, dan pembentukan sikap dan perbuatan.
1. Robert F. Mager (1962) mengemukakan bahwa tujuan pembelajaran adalah perilaku yang hendak dicapai atau yang dapat dikerjakan oleh siswa pada kondisi dan tingkat kompetensi tertentu.
2. Kemp (1977) dan David E. Kapel (1981) menyebutkan bahwa tujuan pembelajaran suatu pernyataan yang spesifik yang dinyatakan dalam perilaku atau penampilan yang diwujudkan dalam bentuk tulisan untuk menggambarkan hasil belajar yang diharapkan.
3. Henry Ellington (1984) bahwa tujuan pembelajaran adalah pernyataan yang diharapkan dapat dicapai sebagai hasil belajar.
4. Oemar Hamalik (2005) menyebutkan bahwa tujuan pembelajaran adalah suatu deskripsi mengenai tingkah laku yang diharapkan tercapai oleh siswa setelah berlangsung pembelajaran .
Dalam pembelajaran individual siswa memiliki keleluasan berupa:
1. Kebebasan menggunakan waktu belajar berdasarkan kemampuan sendiri,
2. Kebebasan menggunakan waktu belajar, dalam hal ini siswa bertanggung jawab atas semua kegiatan yang dilakukannya,
3. Keleluasan dalam mengontrol kegiatan, kecepatan, dan intensitas belajar, dalam rangka mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkan.
4. Siswa melakukan penilaian sendiri atas hasil belajar,
5. Siswa dapat mengetahui kemampuan dan hasil belajar sendiri, serta
6. Siswa memiliki kesempatan untuk menyusun program belajar sendiri.
Kedudukan guru dalam pembelajaran individual bersifat membantu. Bantuan guru berkenaan dengan komponen pembelajaran berupa:
1. Perencanaan kegiatan belajar,
2. Pengorganisasian kegiatan belajar,
3. Penciptaan pendekatan terbuka antara guru dan siswa, dan
4. Fasilitas yang mempermudah belajar.
Peran Siswa dalam Pembelajaran Kelompok
Kecil Siswa dalam kelompok kecil adalah anggota kelompok yang belajar untuk memecahkan masalah kelompok. Kelompok kecil merupakan satuan kerja yang kompak. Ciri-ciri kelompok kecil yang menonjol sebagai berikut:
(i) tiap siswa merasa sadar diri sebagai anggota kelompok,
(ii) tiap siswa merasa diri memiliki tujuan bersama berupa tujuan kelompok,
(iii) memiliki rasa saling membutuhkan dan saling tergantung,
(iv) ada interaksi dari komunikasi antar anggota, serta
(v) ada tindakan bersama sebagai perwujudan tanggung jawab kelompok.
Dari segi individu, keanggotaan siswa dalam kelompok kecil merupakan pemenuhan kebutuhan berasosiasi. Tiap siswa dalam kelompok kecil menyadari bahwa kehadiran kelompok diakui bila kelompok berhasil memecahkan tugas yang dibebankan. Dalam hal ini timbullah rasa bangga dan rasa memiliki kelompok pada tiap anggota kelompok. Siswa berbagi tugas, tetapi merasa satu dalam semangat kerja.
Peranan guru dalam pembelajaran kelompok terdiri dari
(i) pembentukan kelompok,
(ii) perencanaan tugas kelompok,
(iii) pelaksanaan, dan
(iv) evaluasi hasil belajar kelompok
Dalam klasik , guru dapat mengajar seorang diri atau bertindak sebagai tim pembelajar. Bila guru menjadi tirn pembelajar, maka asas tim pembelajar harus dipatuhi. Tim pembelajar perlu menyusun desain pembelajaran kelas secara baik.
1. Prinsip Perhatian Menurut Sumadi S. (1984), perhatian adalah banyak sedikitnya kesadaran yang menyertai sesuatu aktivitas yang dilakukan. Perhatian mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan belajar, dari kajian teori belajar dan pengelohan informasi. Terungkap bahwa tanpa perhatian tak mungkin terjadi belajar (Gage Berliner, 21984:335). Siswa dituntut untuk memberikan perhatian terhadap semua rangsangan yang mengarah pada pencapaian tujuan belajar. Siswa harus membangkitkan perhatiannya kepada segala pesan yang dipelajarinya. Pesan yang menjadi isi pelajaran seringkali dalam bentuk rangsangan suara, warna, bentuk, gerak dan rangsangan lain yang dapat diindera. Dengan demikian siswa diharapkan selalu melatih indranya untuk memperhatikan rangsangan yang muncul dalam proses pembelajaran.
2. Prinsip Motivasi Motivasi mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan belajar karena motivasi berkaitan dengan tujuan, seperti yang dikemukakan Petri (1986: 3), motivasi dapat merupakan tujuan dan alat dalam pembelajaran. Menurut Sardima (1992: 25) ada tiga fungsi motivasi yaitu: (a) mendorong untuk berbuat (b) menentukan arah perbuatan dan (c) menyeleksi perbuatan.
3. Prinsip Keaktifan Belajar adalah berbuat untuk mengubah perilaku. Tidak ada belajar kalau tidak ada keaktifan. Menurut John Dewey (dalam Daies, 1937: 31), belajar menyangkut apa yang harus dikerjakan siswa untuk dirinya sendiri, maka inisiatif harus datang dari siswa sendiri, guru sekedar pembimbing dan pengarah. Dalam hal kegiatan belajar, Rousseay dalam Sardiman, 1992: 96) memberikan penjelasan bahwa segala pengetahuan harus diperoleh dengan pengamatan sendiri, pengalaman sendiri, penyelidikan sendiri dan bekerja sendiri dengan fasilitas yang diciptakan sendiri, baik secara rohani maupun teknis.
4. Prinsip Keterlibatan Langsung Dalam belajar melalui pengamatan langsung, siswa tidak sekedar mengamati secara langsung tetapi harus menghayati, berbuat dan bertanggung jawab terhadap hasilnya. Pentingnya keterlibatan langsung dalam belajar dikemukkan oleh John Dewey dengan “Learning by doing”, belajar harus dilakukan oleh siswa melalui perbuatan langsung. Keterlibatan siswa dalam belajar meliputi keterlibatan fisik dan mental emosional.
5. Prinsip Pengulangan Menurut teori psikologi, daya belajar adalah melatih daya-daya yang ada pada diri seseorang. Daya-daya tersebut terdiri dari daya mengamati, menanggapi, berpikir dan sebagainya.
6. Prinsip Tantangan Dalam situasi belajar, siswa menghadapi suatu tujuan yang ingin dicapai, tetapi kadang-kadang terdapat hambatan. Agar para siswa timbul motif untuk mengatasi hambatan dengan baik, maka bahan ajar haruslah menantang, misalnya: bahan pelajaran yang banyak mengandung masalah yang perlu dipecahkan membuat siswa tertantang untu mempelajarinya, selain itu siswa diberi kesempatan untuk menemukan konsep-konsep, prinsip-prinsip dan generalisasi.
7. Prinsip Balikan dan Penguatan Berdasarkan teori belajar yang dikemukakan Thorndike dengan teorinya “Law of effect” dalam hal ini siswa akan lebih bersemangat belajar apabila mengetahui dan mendapat hasil yang baik. Hasil yang baik akan menjadikan balikan yang menyenangkan dan berpengaruh baik pada usaha belajar selanjutnya. Namun, dorongan belajar itu menurut Skinner tidak oleh penguatan yang menyenangkan, tetapi juga yang tidak menyenangkan. Siswa yang belajar sungguh-sungguh dan mendapatkan nilai yang baik dalam ulangan, nilai yang baik itu mendorong siswa untuk belajar lebih giat lagi (penguatan positif). Sebaliknya, siswa yang mendapatkan nilai yang jelek pada waktu ulangan akan merasa takut tidak naik kelas, sehingga mendorongnya untuk belajar lebih giat lagi. Nilai yang jelek dan takut tidak naik kelas bias juga mendorong siswa untuk belajar lebih giat lagi (penguatan negatif).
8. Prinsip Perbedaan Individual Perbedaan individual berpengaruh pada cara dan hasil belajar siswa. Perbedaan tersebut terdapat pada karakteristik psikis, kepribadian dan sifat-sifatnya. Umumnya pembelajaran yang bersifat klasikal mengabaikan perbedaan individual siswa karena pada pembelajaran secara klasikal, siswa dilihat sebagai individu dengan kemampuan rata-rata. Untuk itu pembelajaran secara klasikal diupayakan menggunakan metode dan media secara bervariasi sehingga dapat memenuhi karakteristik siswa. Selain itu, tugas-tugas hendaknya disesuaikan dengan minat dan kemampuan siswa, sehingga siswa yang pandai, sedang dan kurang akan merasakan berhasil di dalam belajar.
Implikasi Prinsip-Prinsip Belajar dan Pembelajaran
1. Prinsip Perhatian Siswa dituntut untuk memberikan perhatian terhadap semua rangsangan yang mengarah ke arah pencapaian tujuan pembelajaran. Siswa diharapkan selalu melatih indranya untuk memperhatikan rangsangan yang muncul dalam proses pembelajaran. Guru sebagai penyelenggara dan pengelola kegiatan pembelajaran, diupayakan untuk membangkitkan perhatian siswa dengan menciptakan pengalaman belajar yang menyenangkan. Implikasi prinsip perhatian guru tertampak pada perilaku-perilaku sebagai berikut: a. Guru menggunakan metode secara bervariasi. b. Guru menggunakan media sesuai dengan tujuan belajar dan materi yang diajarkan. c. Guru menggunakan gaya bahasa yang tidak monoton. d. Guru mengemukakan pertanyaan-pertanyaan membimbing (direction question).
2. Prinsip Motivasi Implikasi prinsip motivasi bagi siswa disadarinya oleh siswa bahwa motivasi belajar yang ada pada diri mereka harus dibangkitkan dan mengembangkan secara terus-menerus. Siswa dapat melakukannya dengan menentukan atau mengetahui tujuan belajar yang hendak dicapai, menanggapi secara positif pujian atau dorongan dari orang lain, menentukan target atau sasaran penyelesaian tugas belajar dan perilaku sejenis lainnya. Implikasi prinsip motivasi bagi guru yang tertampak pada perilaku-perilakunya adalah:
a. Memilih bahan ajar sesuai minat siswa.
b. Menggunakan metode dan teknik mengajar yang disukai siswa.
c. Mengoreksi sesegera mungkin pekerjaan siswa dan sesegera mungkin memberitahukan hasilnya kepada siswa.
d. Memberikan pujian verbal atau non-verbal terhadap siswa yang memberikan respon terhadap pertanyaan yang diberikan.
e. Memberitahukan nilai guna dari pelajaran yang sedang dipelajari siswa.
3. Prinsip Keaktifan Prinsip Keterlibatan Siswa dituntut untuk selalu aktif memproses dan mengolah perolehan belajarnya. Untuk itu pembelajar dituntut untuk aktif secara fisik, intelektual dan emosional. Implikasi prinsip keaktifan siswa berwujud perilaku-perilaku seperti mencari sumber informasi yang dibutuhkan, menganalisis hasil percobaan, ingin tahu hasil dari reaksi kimia, membuat karya tulis, membuat kliping dan perilaku sejenis lainnya. Implikasi prinsip keaktifan siswa lebih lanjut menuntu keterlibatan langsung siswa dalam proses pembelajaran. Peran guru mengorganisasikan kesempatan belajar bagi siswa berarti mengubah peran guru dari bersifat mengindividualis, yaitu menjamin bahwa setiap siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan di dalam kondisi yang ada (Sten, 1998 : 224). Hal ini berarti pula bahwa kesempatan yang diberikan oleh guru akan menuntut siswa selalu aktif mencari, memperoleh dan mengolah perolehan belajarnya. Untuk dapat menimbulkan keaktifan belajar pada diri siswa, guru dapat melaksanakan perilaku-perilaku berikut: a. Menggunakan multimetode dan multimedia. b. Memberikan tugas secara individual dan kelompok. c. Memberikan kesempatan pada siswa melaksanakan eksperimen dalam kelompok kecil (beranggota tidak lebih dari 3 orang). d. Memberikan tugas untuk membaca bahan belajar, mencatat hal-hal yang kurang jelas, serta e. Mengadakan tanya jawab dan diskusi.
4. Prinsip Keterlibatan Langsung Bentuk-bentuk perilaku yang merupakan implikasi prinsip keterlibatan langusng bagi siswa misalnya adalah siswa ikut dalam pembuatan lapangan bola voli, siswa melakukan reaksi kimia, siswa berdiskusi untuk membuat laporan, siswa membaca puisi di depan kelas dan perilaku sejenis lainnya. Perilaku keterlibatan siswa secara langsung dalam kegiatan belajar pembelajaran dapat diharapkan mewujudkan keaktifan siswa. Untuk dapat melibatkan siswa secara fisik, mental emosional dan intelektual dalam kegiatan pembelajaran, maka guru hendaknya merancang dan melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan mempertimbangkan karakteristik siswa dan karakteristik isi pelajaran.
Perilaku sebagai inplikasi prinsip keterlibatan langusng/berpengalaman diantaranya adalah:
a. Merancang kegiatan pembelajaran yang lebih banyak pada pembelajaran individual dan kelompok kecil.
b. Mementingkan eksperimen langsung oleh siswa dibandingkan dengan demonstrasi.
c. Menggunakan media yang langsung digunakan oleh siswa.
d. Memberikan tugas kepada siswa untuk mempraktekkan gerakan psikomototik yang dicontohkan.
e. Melibatkan siswa mencari informasi/pesan dari sumber informasi di luar kelas atau luar sekolah.
f. Melibatkan siswa dalam merangkum atau menyimpulkan informasi pesan pembelajaran. Implikasi lain dari adanya prinsip keterlibatan langsung/berpengalaman bagi guru adalah kemampuan guru untuk bertindak sebagai manajer/pengelola kegiatan pembelajaran yang mampu mengarahkan, membimbing dan mendorong siswa ke arah tujuan pengajaran yang ditetapkan.
5. Prinsip Pengulangan Implikasi adanya prinsip pengulangan bagi siswa adalah kesadaran siswa untuk bersedia mengerjakan latihan-latihan yang berulang untuk satu macam permasalahan.Bentuk-bentuk perilaku pembelajaran yang merupakan implikasi prinsip pengulangan diantaranya adalah mennghapal unsur-unsur kimia setiap valensi, mengerjakan soal-soal latihan, menghapal nama-nama latin tumbuhan, atau menghapal tahun-tahun terjadinya peristiwa sejarah. Implikasi prinsip pengulangan bagi guru adalah mampu memilihkan antara kegiatan pembelajaran yang berisi pesan yang membutuhkan pengulangan dengan yang tidak membutuhkan pengulangan karena tidak semua pesan pembelajaran membutuhkan pengulangan. Pengulangan terutama dibutuhkan oleh pesan-pesan pembelajaran yang harus dihapalkan secara tetap tanpa ada kesalahan sedikit pun. Pengulangan juga diperlukan terhadap pesan-pesan pembelajaran yang membutuhkan latihan. Perilaku guru yang merupakan implikasi prinsip pengulangan adalah: a. Merancang pelaksanaan pengulangan. b. Mengembangkan/merumuskan soal-soal latihan. c. Mengembangkan petunjuk kegiatan psikomotorik yang harus diulang. d. Mengembangkan alat evaluasi kegiatan pengulangan, dan e. Membuat kegiatan pengulangan yang bervariasi.
6. Prinsip Tantangan Implikasi prinsip tantangan bagi siswa adalah tuntunan dimilikinya kesadaran pada diri siswa akan adanya kebutuhan untuk selalu memperoleh, memproses dan mengolah pesan. Siswa juga harus memiliki keingintahuan yang besar terhadap segala permasalahan yang dihadapinya. Bentuk-bentuk perilaku siswa yang merupakan implikasi dari prinsip tantangan ini diantaranya adalah melakukan eksperimen, melaksanakan tugas terbimbing maupun mandiri, atau mencari tahu pemecahan suatu masalah. Apabila guru menginginkan siswa selalu berusaha mencapai tujuan, maka guru harus memberikan tantangan pada siswa dalam kegiatan pembelajarannya. Tantangan dalam kegiatan pembelajaran dapat diwujudkan oleh guru melalui bentuk kegiatan, bahan dan alat pembelajaran yang dipilih untuk kegiatan pembelajaran.
Perilaku guru yang merupakan implikasi prinsip tantangan adalah:
a. Implikasi dan mengelola kegiatan eksperimen yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukannya secara individual atau dalam kelompok kecil (3-4 orang)
b. Memberikan tugas kepada siswa untuk memecahkan masalah yang membutuhkan informasi dari orang lain di luar sekolah sebagai sumber informasi.
c. Menugaskan kepada siswa untuk menyimpulkan isi pelajaran yang selesai disajikan.
d. Mengembangkan bahan pembelajaran (teks, hand out, modul dan lainnya) yang memperhatikan kebutuhan siswa untuk mendapatkan tantangan di dalamnya, sehingga tidak harus semua pesan pembelajaran disajikan secara detail tanpa memberikan kesempatan siswa mencari dari sumber lain.
e. Membimbing siswa untuk menemukan fakta, konsep, prinsip dan generalisasi sendiri.
f. Guru merancang dan mengelola kegiatan diskusi untuk menyelenggarakan masalah-masalah yang disajikan dalam topik diskusi.
7. Prinsip Balikan dana Penguatan Untuk memperoleh balikan penguatan bentuk-bentuk perilaku siswa di antaranya adalah dengan segera mencocokkan jawaban dengan kunci jawaban, menerima kenyataan terhadap skor/nilai yang dicapai, atau menerima teguran dari guru/orang tua karena hasil belajar yang jelek. Guru sebagai penyelenggara kegiatan pembelajaran harus dapat menentukan bentuk, cara serta kapan balikan dan penguatan diberikan.Agar balikan dan penguatan bermakna bagi siswa, guru hendaknya memperhatikan karakteristik siswa.
Implikasi prinsip balikan dan penguatan bagi guru berwujud perilaku-perilaku yang diantaranya adalah:
a. Memberitahukan jawaban yang benar setiap kali mengajukan pertanyaan yang telah dijawab siswa secara benar ataupun salah.
b. Mengoreksi pembahasan pekerjaan rumah yang diberikan kepada siswa pada waktu yang telah ditentukan.
c. Memberikan catatan-catatan pada hasil kerja siswa (berupa makalah, laporan, klipping pekerjaan rumah), berdasarkan hasil koreksi guru terhadap hasil kerja pembelajaran.
d. Membagikan lembar jawaban tes pelajaran yang telah dikoreksi oleh guru, disertai skor dan catatan-catatan bagi pebelajar.
e. Mengumumkan atau mengkonfirmasikan peringkat yang diraih setiap siswa berdasarkan skor yang dicapai dalam tes.
f. Memberikan anggukan atau acungan jempol atau isyarat lain kepada siswa yang menjawab dengan benar pertanyaan yang disajikan guru.
g. Memberikan hadiah/ganjaran kepada siswa yang berhasil menyelesaikan tugas.
8. Prinsip Perbedaan Individual Setiap siswa memiliki karakteristik sendiri-sendiri yang berbeda satu dengan yang lain. Kesadaran bahwa dirinya berbeda dengan siswa lain akan membantu siswa menentukan cara belajar dan sasaran belajar bagi dirinya sendiri. Guru sebagai penyelenggara kegiatan pembelajaran dituntut untuk memberikan perhatian kepada semua keunikan yang melekat pada tiap siswa. Guru harus mampu melayani setiap siswa sesuai karakteristik mereka orang per orang.
Implikasi prinsip perbedaan individual bagu guru berwujud perilaku-perilaku yang diantaranya adalah:
a. Menentukan penggunaan berbagai metode yang diharapkan dapat melayani kebutuhan siswa sesuai karakteristiknya.
b. Merancang pemanfaatan berbagai media dalam menyajikan pesan pembelajaran.
c. Mengenali karakteristik setiap siswa sehingga dapat menentukan perlakuan pembelajaran yang tepat bagi siswa yang bersangkutan, dan
d. Memberikan remediasi ataupun penanyaan kepada siswa yang membutuhkan.
Tujuan belajar dan pembelajaran yang lebih spesifik dikemukakan oleh taksonomi Instruksional Bloom. Menurut Bloom, siswa belajar berarti menggunakan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik terhadap lingkungannya.
Ranah kognitif terdiri dari enam jenis perilaku, sebagai berikut:
1) Pengetahuan, yang berkenaan dengan ingtan tentang fakta, peristiwa, pengertian, kaidah, teori, prinsip atau metode.
2) Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna tentang hal yang dipelajari.
3) Penerapan, kemampuan mengaplikasi yang mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru.
4) Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik. Misalnya dapat menguraikan sebab-sebab terjadinya sesuatu, dan memahami hubungan antar bagian-bagiannya.
5) Sintesis, adalah proses memadukan bagian-bagian atau unsure-unsur secara logis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru. Misalnya kemampuan menyusun program kerja.
6) Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat, menilai, dan menentukan keputusan tentang suatu hal berdasarkan criteria tertentu. Misalnya kemampuan menilai hasil karangan.
Ranah afektif terdiri dari lima perilaku, yakni:
1) Penerimaan, yang mencakup kepekaan tentang hal tertentu dan kesediaan memperhatikan hal tersebut. Misalnya kemampuan mengakui adanya perbedaan-perbedaan.
2) Partisipasi, yang mencakup kerelaan, kesediaan memperhatikan, dan berpatisipasi dalam suatu kegiatan.
3) Penilaian dan penentuan sikap yang mencakup menerima suatu nilai, menghargai, mengakui dan menentukan sikap. Misalnya dapat menerima pendapat orang lain.
4) Organisasi, mencakup kemampuan membentuk suatu system nilai sebagai pedoman dan pegangan hidup. Misalnya menempatkan suatu nilai dan menjadikannya sebagai pedoman bertindak secara bertanggung jawab.
5) Pembentukan pola hidup, yang mencakup menghayati nilai dan membentuknya menjadi pola kehidupan pribadi. Misalnya, kemampuan mempermbangkan dan menunjukkan tindakan disiplin.
Sedangkan ranah psikomotorik terdiri dari tujuh perilaku, yaitu:
1) Persepsi, yang mencakup kemampuan memilah-milah hal-hal secara khas serta menyadari perbedaannya. Misalnya perbedaan warna, membedakan angka 6 9enam) dan 9 sembilan).
2) Kesiapan, yang mencakup kesiapan secara jasmani dan rohani sebelum terjadinya suatu gerakan atau rangkaian gerakan.
3) Gerakan terbimbing, kemampuan melakukan gerakan sesuai contoh atau gerakan peniruan, seperti meniru gerak tari.
4) Gerakan terbiasa, kemampuan melakukan gerakan-gerakan tanpa contoh. Misalnya melakukan lompat tinggi dengan tepat.
5) Gerakan kompleks, yaitu kemampuan melakukan gerakan atau keterampulan yang terdiri dari banyak tahap, secara lancer, efisien dan tepat. Misalnya membongkar pasang peralatan secara tepat.
6) Penyesuaian pola gerakan, mencakup kemampuan mengadakan perubahan dan penyesuaian pola gerak-gerak dengan persyaratan khusus yang berlaku. Misalnya keterampilan bertanding olahraga.
7) Kreativitas, yang mencakup kemampuan melahirkan pola gerak yang baru atas dasar prakarsa sendiri. Misalnya kemampuan membuat tari kreasi baru (Dimyati, 2000).
A. Unsur-unsur Dinamis Belajar dan Pembelajaran Unsur-unsur dinamis pada guru untuk penyelenggaraan pembelajaran dan unsur dinamis siswa untuk proses belajar terbagi atas beberapa unsur unsur :
1. Unsur Dinamis Pembelajaran Pada Diri Guru
a. Motivasi membelajarkan siswa dalam hal ini guru sebagai motivator belajar siswa, agar motif-motif positif pada diri siswa dapat di tingkatkan.
b. Kondisi guru agar siap membelajarkan siswa, dimana guru harus memiliki kompetensi yang sesuai dengan tuntutan masyarakat.
Berikut ini beberapa kompetensi dasar guru yang harus dikuasai :
1. Guru memiliki peranan penting dalam kegiatan pembelajaran, yaitu: Membuat desain pembelajaran secara tertulis, lengkap dan menyeluruh Meningkatkan diri untuk menjadi seorang guru yang berkepribadian utuh. Bertindak sebagai guru yang mendidik. Meningkatkan profesinalisme keguruan. Guru berperan sebagai fasilitator belajar, pembimbing belajar, dan pemberi balikan belajar.
2. Menguasai bahan Menguasai bahan bidang studi dalam kurikulum sekolah Menguasai bahan pengayaan/ penunjang bidang studi
3. Mengelola program belajar-mengajar
4. Mengelola kelas Mengatur tata ruang kelas untuk pengajaran Menciptakan iklim belajar mngajar yang serasi
5. Penggunaan media/sumber Mengenal, memilih dan menggunakan media Membuat alat-alat bantu pelajaran sederhana Menggunakan dan mengelola laboratorium dalam rangka proses belajar mengajar Menggunakan perpustakaan dalam proses belajar mengajar
6. Mengelola interaksi belajar mengajar
7. mengenal fungsi dan program layanan bimbingan dan penyuluhan di sekolah
2. Unsur-Unsur Dinamis Siswa Dalam Proses Belajar Unsur-unsur dinamis pada diri siswa dan upaya pengembangan dalam proses belajar adalah sebagai berikut :
a. Unsur motivasi belajar Didalam proses belajar tidak semua siswa memiliki motivasi yang sama. Ada siswa yang telah memiliki motivasi yang kuat, ada pula siswa yang motivasinya rendah, bahkan ada yang tidak memiliki motivasi untuk belajar sama sekali.
Guru dapat memilih peran sesuai dengan keadaan siswa, yaitu :
1. Menumbuhkan motivasi apabila siswa tidak memiliki motivasi untuk belajar.
2. Meningkatkan motivasi apabila siswa memiliki motivasi belajar yang rendah
3. Memelihara motivasi apabila siswa telah memiliki motivasi yang tinggi untuk belajar.
Dalam upaya Pengembangannya dapat di lakukan dengan cara sebagai berikut :
1. Menghadapkan siswa pada hal-hal yang menantang, misalnya dengan jalan mengadakan pemecahan masalah dengan cara menyelidiki, mengadakan percobaan, membuat sesuatu dan sebagainya agar menguatkan motivasi siswa
2. Bagi siswa yang kurang atau lamban di dorong untuk lebih aktif belajar, sementara siswa yang pandai di mintai untuk menjadi tutor dengan tugas memberi penjelasan atau membantu hal-hal yang belum di mengerti atau belum dikerjakan
b. Unsur materi atau bahan belajar. Bahan belajar dapat berwujud isi pendidikan. Isi pendidikan dapat berupa pengetahuan,perilaku, nilai, sikap, dan metode pemerolehan. Bahan belajar dapat dijadikan sarana mempergiat belajar. Bahan belajar dapat menarik perhatian siswa. Guru memiliki peranan penting dalam memilih bahan belajar, dengan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut : Menyesuaikan bahan belajar dengan sasaran belajar (siswa) Menyesuaikan tingkat kesukaran bahan dengan kemampuan siswa Menyesuaikan evaluasi hasil belajar dengan bahan belajar dengan mempertimbangkan kemampuan-kemampuan pada ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.
Upaya pengembangannya dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1. Upayakan ada pemilihan materi pembelajaran
2. Siswa di ikut sertakan untuk ikut mempertanggung jawabkan pemilihan materi pembelajaran
3. Siswa di usahakan untuk memanfaatkan sumber belajar di lingkugan sekitar yang tersedia mungkin
c. Unsur suasana belajar Suasana belajar dapat ditinjau dari dua aspek, yaitu aspek fisik dan non fisik. Aspek fisik suasana belajar berupa kondisi gedung sekolah, tata ruang kelas, dan alat belajar lain yang mempunyai pengaruh pada kegiatan belajar siswa. Jika keadaan fisik sekolah tidak membuat nyaman belajar, maka guru dapat melakukan usaha perbaikan, misalnya menata ruang belajar. Selain itu, berkewajiban mewujudkan pergaulan yang akrab dan tertib disekolah dan berperan membina hubungan baik dengan orang tua dan pihak lain untuk terciptanya suasana yang kondusif untuk belajar.
Dalam upaya pengembangannya dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1. Di usahakan adanya suasana belajar yang akrab dan gembira
2. Siswa belajar bervariasi
3. Kelas di atur secara flexibel sesuai dengan kebutuhan siswa yang belajar
4. Kelas dengan jumlah siswa jangan terlalu besar 5. Menggunakan multi metode dan multi media
d. Unsur media belajar Pembelajar sebagai perancang dan pengguna media dan sumber belajar dalam kegiatan pembelajaran, beberapa hal yang perlu dipertimbangkan:
1. Media dan sumber belajar memiliki manfaat untuk mencapai sasaran belajar. (kemampuan pebelajar dalam mendesain dan memproduksi media dan sumber bahan ajar sesuai dengan bahan pelajaran yang diajarkan.
2. Pembelajar dapat memanfaatkan pengetahuan yang ada disurat kabar, majalah, radio, televis, museum, dan sejenisnya untuk pokok bahasan tertentu.
Upaya pengembanganya dapat di usahakan dengan cara sebagai berikut : 1. Peningkatan penggunaan media 2. Mengikutsertakan siswa dalam penyiapan media dan menggunakan media 3. Siswa di latih membuat media pembelajarn sendiri
e. Unsur kondisi siswa yang belajar Siswa adalah subyek pebelajar dan guru adalah subyek pembelajar bagi siswa. Sebagai subyek pembelajar, guru berhadapan langsung dengan siswa yang merupakan pribadi-bribadi yang sedang berkembang. Dalam diri siswa secara umum mempunyai kesamaan disamping perbedaan satu sama lain, yaitu :
1. Persamaan yang harus dikenal guru Hakikat sebagai anak Anak didik bukan anak dewasa, tetapi sedang berkembang untuk menjadi dewasa Kebutuhan Pokok Tiap anak mempunyai kebutuhan tertentu. Jika kebutuhan tidak dipenuhi maka akan timbul masalah
2. Perbedaan anak satu dengan yang lainnya antara lain sebagai berikut : Perilaku belajar siswa berbeda satu dengan lainnya Kondisi kepribadian siswa secara individual berbeda Kondisi intelegensi, bakat, minat dan motivasi Kondisi fisik ada yang kuat, ada yang lemah, ada yang sehat dan ada yang sakit. Kondisi sosial ekonomi Latar belakang kehidupan rumah tangga orang tua
Upaya Pengembangannya antadapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1. Pembelajaran secara ideal dengan individual
2. Sistem klasikal yang sekarang berlaku di usahakan untuk dilaksanakan secara klasikal bervariasi.
Taksonomi Bloom Lama dan Taksonomi Bloom Revisi
A. Taksonomi sebelum revisi Pada tahun 1956 Bloom mengklasifikan tujuan kognitif dalam enam level, yaitu
: 1. Pengetahuan (knowledge), Berisikan kemampuan untuk mengenali dan mengingat peristilahan, definisi, fakta-fakta, gagasan, pola, urutan, metodologi, prinsip dasar, dsb. Sebagai contoh, ketika diminta menjelaskan manajemen kualitas, orang yg berada di level ini bisa menguraikan dengan baik definisi dari kualitas, karakteristik produk yang berkualitas, standar kualitas minimum untuk produk,
2. Pemahaman (comprehension), Tingkatan yang paling rendah dalam aspek kognisi yang berhubungan dengan penguasaan atau mengerti tentang sesuatu. Dalam tingkatan ini siswa diharapkan mampu memahami ide-ide matematika bila mereka dapat menggunakan beberapa kaidah yang relevan tanpa perlu menghubungkannya dengan ide-ide lain dengan segala implikasinya.
3. Aplikasi (apply), Di tingkat ini, seseorang memiliki kemampuan untuk menerapkan gagasan, prosedur, metode, rumus, teori, dsb di dalam kondisi kerja. Sebagai contoh, ketika diberi informasi tentang penyebab meningkatnya reject di produksi, seseorang yg berada di tingkat aplikasi akan mampu merangkum dan menggambarkan penyebab turunnya kualitas dalam bentuk fish bone diagram
4. Analisis (analysis), Di tingkat analisis, seseorang akan mampu menganalisa informasi yang masuk dan membagi-bagi atau menstrukturkan informasi ke dalam bagian yang lebih kecil untuk mengenali pola atau hubungannya, dan mampu mengenali serta membedakan faktor penyebab dan akibat dari sebuah skenario yg rumit. Sebagai contoh, di level ini seseorang akan mampu memilah-milah penyebab meningkatnya reject, membanding-bandingkan tingkat keparahan dari setiap penyebab, dan menggolongkan setiap penyebab ke dalam tingkat keparahan yg ditimbulkan.
5. Sintesis (synthesis), Satu tingkat di atas analisa, seseorang di tingkat sintesa akan mampu menjelaskan struktur atau pola dari sebuah skenario yang sebelumnya tidak terlihat, dan mampu mengenali data atau informasi yang harus didapat untuk menghasilkan solusi yg dibutuhkan. Sebagai contoh, di tingkat ini seorang manajer kualitas mampu memberikan solusi untuk menurunkan tingkat reject di produksi berdasarkan pengamatannya terhadap semua penyebab turunnya kualitas produk.
6. Evaluasi (evaluation) Dikenali dari kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap solusi, gagasan, metodologi, dsb dengan menggunakan kriteria yang cocok atau standar yg ada untuk memastikan nilai efektivitas atau manfaatnya. Sebagai contoh, di tingkat ini seorang manajer kualitas harus mampu menilai alternatif solusi yg sesuai untuk dijalankan berdasarkan efektivitas, urgensi, nilai manfaat, nilai ekonomis,
B. Taksonomi Bloom Setelah Direvisi Menurut Anderson dan Krathwohl (2001: 66-88) dimensi proses kognitif terdiri atas beberapa tingkat yaitu:
1. Remember (Mengingat) Mengingat adalah kemampuan memperoleh kembali pengetahuan yang relevan dari memori jangka panjang. Kategori Remember terdiri dari proses kognitif Recognizing (mengenal kembali) dan Recalling (mengingat). Untuk menilai Remember, siswa diberi soal yang berkaitan dengan proses kognitif Recognizing (mengenal kembali) dan Recalling (mengingat).
a. Recognizing (mengenal kembali). Recognizing adalah memperoleh kembali pengetahuan yang relevan dari memori jangka panjang kemudian membandingkannya dengan informasi yang tersaji. Dalam Recognizing, siswa mencari potongan informasi dalam memori jangka panjang yang identik atau hampir sama dengan informasi yang baru disampaikan. Ketika menemui informasi baru, siswa menentukan mana informasi yang berkaitan dengan pengetahuan yang sebelumnya diperoleh kemudian mencari yang cocok.
b. Recalling (mengingat) Recalling adalah memperoleh kembali pengetahuan yang sesuai dari memori jangka panjang ketika merespon suatu masalah atau diberikan suatu perintah. Perintah dapat berupa sebuah pertanyaan. Dalam Recalling, siswa mencari sebagian informasi dalam memori jangka panjang, kemudian membawanya untuk mengerjakan memori dimana informasi ini dapat diproses.
2. Understand (Memahami) Memahami adalah kemampuan merumuskan makna dari pesan pembelajaran dan mampu mengkomunikasikannya dalam bentuk lisan, tulisan maupun grafik. Siswa mengerti ketika mereka mampu menentukan hubungan antara pengetahuan yang baru diperoleh dengan pengetahuan mereka yang lalu. Kategori Understand terdiri dari proses kognitif Interpreting (menginterpretasikan), Exemplifying (memberi contoh), Classifying (mengklasifikasikan), Summarizing (menyimpulkan), Inferring (menduga), Comparing (membandingkan), dan Explaining (menjelaskan)
a. Interpreting (menginterpretasikan) Interpreting adalah kemampuan siswa untuk mengubah informasi yang disajikan dari satu bentuk ke bentuk yang lain. Interpreting dapat berupa mengubah kalimat ke kalimat, gambar ke kalimat, angka ke kalimat, kalimat ke angka, dan lain sebagainya.
b. Exemplifying (memberi contoh) Exemplifying adalah kemampuan siswa untuk memberikan contoh yang spesifik atau contoh mengenai konsep secara umum. Exemplifying dapat pula berarti mengidentifikasi pengertian dari bagian-bagian pada konsep umum.
c. Classifying (mengklasifikasikan) Classifying adalah ketika siswa mengetahui bahwa sesuatu merupakan bagian dari suatu kategori. Classifying dapat diartikan pula sebagai mendeteksi ciri atau pola yang menunjukkan bahwa ciri atau pola tersebut sesuai dengan kategori tertentu atau konsep tertentu. Jika Exemplifying dimulai dari konsep umum dan meminta siswa untuk mencari contoh khususnya, maka Classifying dimulai dari contoh khusus dan meminta siswa untuk mencari konsep umumnya.
d. Summarizing (menyimpulkan) Siswa dikatakan memiliki kemampuan Summarizing ketika siswa dapat memberikan pernyataan tunggal yang menyatakan informasi yang disampaikan atau topik secara umum.
e. Inferring (menduga) Inferring berarti dapat mencari pola dari beberapa contoh kasus. Siswa dikatakan memiliki kemampuan Inferring jika siswa dapat membayangkan konsep atau prinsip yang merupakan bagian dari contoh dengan cara mengkode karakteristik yang sesuai dari masing-masing contoh dan lebih penting lagi dengan tidak ada hubungan antara contoh-contoh tersebut.
f. Comparing (membandingkan) Comparing adalah kemampuan menunjukkan persamaan dan perbedaan antara dua atau lebih objek. Comparing dapat juga diartikan sebagai mencari korespondensi satu-satu antara objek yang satu dengan objek yang lain.
g. Explaining (menjelaskan) Explaining adalah kemampuan merumuskan dan menggunakan model sebab akibat sebuah sistem. Siswa yang memiliki kemampuan menjelaskan dapat menggunakan hubungan sebab akibat antar bagian dalam suatu sistem.
3. Apply (Menerapkan) Menerapkan adalah kemampuan menggunakan prosedur untuk menyelesaikan masalah. Siswa memerlukan latihan soal sehingga siswa terlatih untuk mengetahui prosedur apa yang akan digunakan untuk menyelesaikan soal.
Kategori menerapkan (Apply) terdiri dari proses kognitif kemampuan melakukan (Executing) dan kemampuan menerapkan (Implementing).
a. Executing (melakukan) Dalam Executing, jika siswa menemui soal yang sudah dikenal, siswa akan mengetahui prosedur yang akan digunakan. Keadaan yang sudah dikenal ini sering memberikan petunjuk kepada siswa mengenai cara apa yang akan digunakan. Executing lebih cenderung kepada kemampuan menyelesaikan masalah secara skill dan algoritma daripada kemampuan teknik dan metode. Skill dan algoritma memiliki ciri sebagai berikut:
1) langkah pengerjaan soal lebih berurutan
2) jika setiap langkah dikerjakan dengan benar, maka hasil yang akan diperoleh juga pasti benar.
b. Implementing (menerapkan) Dalam Implementing, siswa memilih dan menggunakan prosedur untuk menyelesaikan soal yang belum dikenal siswa. Karena itu, siswa harus memahami benar masalah tersebut sehingga siswa dapat menemukan prosedur yang tepat digunakan untuk menyelesaikan masalah tersebut. Implementing berhubungan dengan dua kategori yang lain yaitu Understand dan Create. Karena siswa belum mengenal soal yang dihadapi sehingga siswa belum mengetahui prosedur apa yang akan digunakan. Karena itu, kemungkinan prosedur yang akan digunakan bukan hanya satu, mungkin membutuhkan beberapa prosedur yang dimodifikasi. Implementing berhubungan dengan teknik dan metode daripada skill dan algoritma.
Teknik dan metode memiliki dua ciri:
1) prosedur mungkin lebih cenderung berupa flowchart daripada langkah yang berurutan, karena itu prosedur memiliki beberapa titik tujuan,
2) jawaban mungkin tidak tunggal. Jawaban yang tepat mungkin terjadi jika setiap langkah dilakukan dengan benar.
4. Analyze (Menganalisis) Menganalisis meliputi kemampuan untuk memecah suatu kesatuan menjadi bagian-bagian dan menentukan bagaimana bagian-bagian tersebut dihubungkan satu dengan yang lain atau bagian tersebut dengan keseluruhannya. Analisis menekankan pada kemampuan merinci sesuatu unsur pokok menjadi bagian-bagian dan melihat hubungan antar bagian tersebut. Di tingkat analisis, seseorang akan mampu menganalisa informasi yang masuk dan membagi-bagi atau menstrukturkan informasi ke dalam bagian yang lebih kecil untuk mengenali pola atau hubungannya dan mampu mengenali serta membedakan faktor penyebab dan akibat dari sebuah skenario yang rumit.
Kategori Apply terdiri kemampuan membedakan (Differentiating), mengorganisasi (Organizing) dan memberi simbol (Attributing)
a. Differentiating (membedakan) Membedakan meliputi kemampuan membedakan bagian-bagian dari keseluruhan struktur dalam bentuk yang sesuai.
b. Organizing (mengorganisasi) Mengorganisasi meliputi kemampuan mengidentifikasi unsur-unsur secara bersama-sama menjadi struktur yang saling terkait.
c. Attributing (Memberi simbol) Attributing adalah kemampuan siswa untuk menyebutkan tentang sudut pandang, bias, nilai atau maksud dari suatu masalah yang diajukan. Attributing membutuhkan pengetahuan dasar yang lebih agar dapat menerka maksud dari inti permasalahan yang diajukan.
5. Evaluate (Menilai) Menilai didefinisikan sebagai kemampuan melakukan judgement berdasar pada kriteria dan standar tertentu. Kriteria sering digunakan adalah menentukan kualitas, efektifitas, efisiensi, dan konsistensi, sedangkan standar digunakan dalam menentukan kuantitas maupun kualitas. Evaluasi mencakup kemampuan untuk membentuk suatu pendapat mengenai sesuatu atau beberapa hal, bersama dengan pertanggungjawaban pendapat itu yang berdasar kriteria tertentu. Adanya kemampuan ini dinyatakan dengan memberikan penilaian terhadap sesuatu.
Kategori menilai terdiri dari Checking (mengecek) dan Critiquing (mengkritik).
a. Checking (mengecek) Cheking adalah kemampuan untuk mengetes konsistensi internal atau kesalahan pada operasi atau hasil. mendeteksi keefektifan prosedur yang digunakan.
b. Critiquing (mengkritik) Critique adalah kemampuan memutuskan hasil atau operasi berdasarkan criteria dan standar tertentu. mendeteksi apakah hasil yang diperoleh berdasarkan suatu prosedur menyelesaikan suatu masalah mendekati jawaban yang benar
6. Create (Berkreasi) Create didefinisikan sebagai menggeneralisasi ide baru, produk atau cara pandang yang baru dari sesuatu kejadian. Create di sini diartikan sebagai meletakkan beberapa elemen dalam satu kesatuan yang menyeluruh sehingga terbentuklah dalam satu bentuk yang koheren atau fungsional. Siswa dikatakan mampu Create jika dapat membuat produk baru dengan merombak beberapa elemen atau bagian ke dalam bentuk atau stuktur yang belum pernah diterangkan oleh guru sebelumnya. Proses Create umumnya berhubungan dengan pengalaman belajar siswa yang sebelumnya.
Nilai diletakkan pd nilai tinggi, u/ melakukan sesuatu yg lebih baik /
Alas an u/ puas ketika menemukan tantangan/kerja keras / Mengerjakan sesuatu yg lebih baik dari yg lain dan sukses dengan usaha yg minimum
Guru berorientasi pd pembelajaran siswa / Berorientasi pada performance siswa
Melihat kesalahan sbg sesuatu bagian yg normal dari belajar / Melihat kesalahan sebagai basis u/ melihat kesalahan
Alas an u/ berusaha, u/ meningkatkan pemahaman / u/ mendapatkan nilai tinggi sehingga dapat dipandang melakukan sesuatu yg dianggap baik
Kemampuan dipandang sebgai tambahan dan dapat diubah / Satu kesatuan/kesuluruhan dan diperbaiki
Alas an penilaian, diberikan u/ mengukur perkembangan melalui kriteria yg ditentukan / Menentukan nilai u/ membandingkan nilai antara siswa yg satu dengan yg lain
Tujuan evaluasi :
1. U/ mengetahui tingkat kemajuan yg dicapai peserta didik dalam kurung waktu tertentu
2. u/ mengetahui kedudukan peserta didik
3. u/ mengetahui tingkat usaha yg dilakukan siswa
4. u/ mengetahui sejauh mana seseorang telah menggunakan fasilitas kognitif
5. u/ mengetahui tingkat daya guna dan hasil guna metode yg telah digunakan
macam2 evaluasi :
1. pre test dan post test, digunakan oleh guru sebelum memulai pembelajaran untuk mengetahui pengetahuan siswa sejauh mana yg belum dilakukan. Post test yaitu evaluasi yg dilakukan setelah penyajian materi u/ mengetahui pengetahuan siswa sejauh mana yg telah dilakukan
2. diagnostic, yaitu mengkaji bagian2 tertentu yang masih belum dipahami
3. evaluasi kromatik, berlangsung dalam suasana yg formal. Misx ulangan dll
4. evaluasi simatik, untuk mengukur prestasi kerja pada satu periode tertentu, digunakan u/ buku lapor
5. UAN
Syarat2 evaluasi :
1. Kesahihan : kualitas : Kesahihan atau validitas (validity) yaitu ketepatan evaluasi mengevaluasi apa yang seharusnya di evaluasi.
2. Keberandalan : tingkat kepercayaan : Keterandalan evaluasi berhubungan dengan masalah kepercayaan, yakni tingkat kepercayaan bahwa suatu instrument evaluasi mampu memberikan hasil yang tetap (Arikunto, 1980: 81).
3. Kepraktisan : berbagai kemudahan dalam alar evaluasi yg digunakan : Kepraktisan evaluasi dapat diartikan sebagai kemudahan-kemudahan yang ada pada instrument evaluasi baik dalam mempersiapkan, menggunakan, menginterprestasi atau mengolah hasilnya, maupun kemudahan dalam menyimpannya.
Alat evaluasi :
1. Objektif
2. Subyektif
defenisi belajar
Moh. Surya : belajar dapat diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan perilaku baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya”.
Thursan Hakim : belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dan lain-lain kemampuan.
Slameto : belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Ngalim : Belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku, yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.
M. Sobry : Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan yang baru sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Skinner : Belajar merupakan hubungan antara stimulus dan respons yang tercipta melalui proses tingkah laku.
Gagne : proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku. penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang diperoleh dari instruksi.
Lester D. Crow : Learning is the acuquisition of habits, knowledge and attitudes ( Belajar adalah upaya untuk memperoleh kebiasaankebiasaan, pengetahuan dan sikap-sikap )
Hudgin : Belajar dapat didefinisikan sebagai suatu perubahan dalam tingkah laku, yang mengakibatkan adanya pengalaman
Witherinthon : “belajar merupakan perubahan dalam kepribadian yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respons yang baru berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan”.
Ciri belajar :
Syaiful bahri :
- Perubahan yang terjadi secara sadar.
- Perubahan dalam belajar yang bersifat fungsional.
- Perubahan dalam belajar yang bersifat positif dan aktif.
- Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara.
- Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah
- Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku
Muh. Surya :
INTENSIONAL : Perubahan perilaku yang terjadi merupakan usaha sadar dan disengaja dari individu yang bersangkutan. Begitu juga dengan hasil-hasilnya, individu yang bersangkutan menyadari bahwa dalam dirinya telah terjadi perubahan, misalnya pengetahuannya semakin bertambah atau keterampilannya semakin meningkat, dibandingkan sebelum dia mengikuti suatu proses belajar
- KONTINYU : Bertambahnya pengetahuan atau keterampilan yang dimiliki pada dasarnya merupakan kelanjutan dari pengetahuan dan keterampilan yang telah diperoleh sebelumnya. Begitu juga, pengetahuan, sikap dan keterampilan yang telah diperoleh itu, akan menjadi dasar bagi pengembangan pengetahuan, sikap dan keterampilan berikutnya.
- FUNGSIONAL : Setiap perubahan perilaku yang terjadi dapat dimanfaatkan untuk kepentingan hidup individu yang bersangkutan, baik untuk kepentingan masa sekarang maupun masa mendatang
- POSITIF : Perubahan perilaku yang terjadi bersifat normatif dan menujukkan ke arah kemajuan
- AKTIF : Untuk memperoleh perilaku baru, individu yang bersangkutan aktif berupaya melakukan perubahan
- TERARAH : Individu melakukan kegiatan belajar pasti ada tujuan yang ingin dicapai, baik tujuan jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang
- MENYELURUH : Perubahan perilaku belajar bukan hanya sekedar memperoleh pengetahuan semata, tetapi termasuk memperoleh pula perubahan dalam sikap dan keterampilannya.
- bersifat pemanen. Perubahan perilaku yang diperoleh dari proses belajar cenderung menetap dan menjadi bagian yang melekat dalam dirinya
menurut para ahli
Sukandi (1983: 18); tujuan belajar adalah mengadakan perubahan tingkah laku dan perbuatan. Perubahan itu dapat dinyatakan sebagai suatu kecakapan keterampilan, kebiasaan, sikap, pengertian, sebagai pengetahuan atau penerimaan dan penghargaan.
Surakhmat(1986) mengatakan bahwa tujuan belajar adalah mengumpulkan pengetahuan, penanaman konsep dan pengetahuan, dan pembentukan sikap dan perbuatan.
1. Robert F. Mager (1962) mengemukakan bahwa tujuan pembelajaran adalah perilaku yang hendak dicapai atau yang dapat dikerjakan oleh siswa pada kondisi dan tingkat kompetensi tertentu.
2. Kemp (1977) dan David E. Kapel (1981) menyebutkan bahwa tujuan pembelajaran suatu pernyataan yang spesifik yang dinyatakan dalam perilaku atau penampilan yang diwujudkan dalam bentuk tulisan untuk menggambarkan hasil belajar yang diharapkan.
3. Henry Ellington (1984) bahwa tujuan pembelajaran adalah pernyataan yang diharapkan dapat dicapai sebagai hasil belajar.
4. Oemar Hamalik (2005) menyebutkan bahwa tujuan pembelajaran adalah suatu deskripsi mengenai tingkah laku yang diharapkan tercapai oleh siswa setelah berlangsung pembelajaran .
Dalam pembelajaran individual siswa memiliki keleluasan berupa:
1. Kebebasan menggunakan waktu belajar berdasarkan kemampuan sendiri,
2. Kebebasan menggunakan waktu belajar, dalam hal ini siswa bertanggung jawab atas semua kegiatan yang dilakukannya,
3. Keleluasan dalam mengontrol kegiatan, kecepatan, dan intensitas belajar, dalam rangka mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkan.
4. Siswa melakukan penilaian sendiri atas hasil belajar,
5. Siswa dapat mengetahui kemampuan dan hasil belajar sendiri, serta
6. Siswa memiliki kesempatan untuk menyusun program belajar sendiri.
Kedudukan guru dalam pembelajaran individual bersifat membantu. Bantuan guru berkenaan dengan komponen pembelajaran berupa:
1. Perencanaan kegiatan belajar,
2. Pengorganisasian kegiatan belajar,
3. Penciptaan pendekatan terbuka antara guru dan siswa, dan
4. Fasilitas yang mempermudah belajar.
Peran Siswa dalam Pembelajaran Kelompok
Kecil Siswa dalam kelompok kecil adalah anggota kelompok yang belajar untuk memecahkan masalah kelompok. Kelompok kecil merupakan satuan kerja yang kompak. Ciri-ciri kelompok kecil yang menonjol sebagai berikut:
(i) tiap siswa merasa sadar diri sebagai anggota kelompok,
(ii) tiap siswa merasa diri memiliki tujuan bersama berupa tujuan kelompok,
(iii) memiliki rasa saling membutuhkan dan saling tergantung,
(iv) ada interaksi dari komunikasi antar anggota, serta
(v) ada tindakan bersama sebagai perwujudan tanggung jawab kelompok.
Dari segi individu, keanggotaan siswa dalam kelompok kecil merupakan pemenuhan kebutuhan berasosiasi. Tiap siswa dalam kelompok kecil menyadari bahwa kehadiran kelompok diakui bila kelompok berhasil memecahkan tugas yang dibebankan. Dalam hal ini timbullah rasa bangga dan rasa memiliki kelompok pada tiap anggota kelompok. Siswa berbagi tugas, tetapi merasa satu dalam semangat kerja.
Peranan guru dalam pembelajaran kelompok terdiri dari
(i) pembentukan kelompok,
(ii) perencanaan tugas kelompok,
(iii) pelaksanaan, dan
(iv) evaluasi hasil belajar kelompok
Dalam klasik , guru dapat mengajar seorang diri atau bertindak sebagai tim pembelajar. Bila guru menjadi tirn pembelajar, maka asas tim pembelajar harus dipatuhi. Tim pembelajar perlu menyusun desain pembelajaran kelas secara baik.
1. Prinsip Perhatian Menurut Sumadi S. (1984), perhatian adalah banyak sedikitnya kesadaran yang menyertai sesuatu aktivitas yang dilakukan. Perhatian mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan belajar, dari kajian teori belajar dan pengelohan informasi. Terungkap bahwa tanpa perhatian tak mungkin terjadi belajar (Gage Berliner, 21984:335). Siswa dituntut untuk memberikan perhatian terhadap semua rangsangan yang mengarah pada pencapaian tujuan belajar. Siswa harus membangkitkan perhatiannya kepada segala pesan yang dipelajarinya. Pesan yang menjadi isi pelajaran seringkali dalam bentuk rangsangan suara, warna, bentuk, gerak dan rangsangan lain yang dapat diindera. Dengan demikian siswa diharapkan selalu melatih indranya untuk memperhatikan rangsangan yang muncul dalam proses pembelajaran.
2. Prinsip Motivasi Motivasi mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan belajar karena motivasi berkaitan dengan tujuan, seperti yang dikemukakan Petri (1986: 3), motivasi dapat merupakan tujuan dan alat dalam pembelajaran. Menurut Sardima (1992: 25) ada tiga fungsi motivasi yaitu: (a) mendorong untuk berbuat (b) menentukan arah perbuatan dan (c) menyeleksi perbuatan.
3. Prinsip Keaktifan Belajar adalah berbuat untuk mengubah perilaku. Tidak ada belajar kalau tidak ada keaktifan. Menurut John Dewey (dalam Daies, 1937: 31), belajar menyangkut apa yang harus dikerjakan siswa untuk dirinya sendiri, maka inisiatif harus datang dari siswa sendiri, guru sekedar pembimbing dan pengarah. Dalam hal kegiatan belajar, Rousseay dalam Sardiman, 1992: 96) memberikan penjelasan bahwa segala pengetahuan harus diperoleh dengan pengamatan sendiri, pengalaman sendiri, penyelidikan sendiri dan bekerja sendiri dengan fasilitas yang diciptakan sendiri, baik secara rohani maupun teknis.
4. Prinsip Keterlibatan Langsung Dalam belajar melalui pengamatan langsung, siswa tidak sekedar mengamati secara langsung tetapi harus menghayati, berbuat dan bertanggung jawab terhadap hasilnya. Pentingnya keterlibatan langsung dalam belajar dikemukkan oleh John Dewey dengan “Learning by doing”, belajar harus dilakukan oleh siswa melalui perbuatan langsung. Keterlibatan siswa dalam belajar meliputi keterlibatan fisik dan mental emosional.
5. Prinsip Pengulangan Menurut teori psikologi, daya belajar adalah melatih daya-daya yang ada pada diri seseorang. Daya-daya tersebut terdiri dari daya mengamati, menanggapi, berpikir dan sebagainya.
6. Prinsip Tantangan Dalam situasi belajar, siswa menghadapi suatu tujuan yang ingin dicapai, tetapi kadang-kadang terdapat hambatan. Agar para siswa timbul motif untuk mengatasi hambatan dengan baik, maka bahan ajar haruslah menantang, misalnya: bahan pelajaran yang banyak mengandung masalah yang perlu dipecahkan membuat siswa tertantang untu mempelajarinya, selain itu siswa diberi kesempatan untuk menemukan konsep-konsep, prinsip-prinsip dan generalisasi.
7. Prinsip Balikan dan Penguatan Berdasarkan teori belajar yang dikemukakan Thorndike dengan teorinya “Law of effect” dalam hal ini siswa akan lebih bersemangat belajar apabila mengetahui dan mendapat hasil yang baik. Hasil yang baik akan menjadikan balikan yang menyenangkan dan berpengaruh baik pada usaha belajar selanjutnya. Namun, dorongan belajar itu menurut Skinner tidak oleh penguatan yang menyenangkan, tetapi juga yang tidak menyenangkan. Siswa yang belajar sungguh-sungguh dan mendapatkan nilai yang baik dalam ulangan, nilai yang baik itu mendorong siswa untuk belajar lebih giat lagi (penguatan positif). Sebaliknya, siswa yang mendapatkan nilai yang jelek pada waktu ulangan akan merasa takut tidak naik kelas, sehingga mendorongnya untuk belajar lebih giat lagi. Nilai yang jelek dan takut tidak naik kelas bias juga mendorong siswa untuk belajar lebih giat lagi (penguatan negatif).
8. Prinsip Perbedaan Individual Perbedaan individual berpengaruh pada cara dan hasil belajar siswa. Perbedaan tersebut terdapat pada karakteristik psikis, kepribadian dan sifat-sifatnya. Umumnya pembelajaran yang bersifat klasikal mengabaikan perbedaan individual siswa karena pada pembelajaran secara klasikal, siswa dilihat sebagai individu dengan kemampuan rata-rata. Untuk itu pembelajaran secara klasikal diupayakan menggunakan metode dan media secara bervariasi sehingga dapat memenuhi karakteristik siswa. Selain itu, tugas-tugas hendaknya disesuaikan dengan minat dan kemampuan siswa, sehingga siswa yang pandai, sedang dan kurang akan merasakan berhasil di dalam belajar.
Implikasi Prinsip-Prinsip Belajar dan Pembelajaran
1. Prinsip Perhatian Siswa dituntut untuk memberikan perhatian terhadap semua rangsangan yang mengarah ke arah pencapaian tujuan pembelajaran. Siswa diharapkan selalu melatih indranya untuk memperhatikan rangsangan yang muncul dalam proses pembelajaran. Guru sebagai penyelenggara dan pengelola kegiatan pembelajaran, diupayakan untuk membangkitkan perhatian siswa dengan menciptakan pengalaman belajar yang menyenangkan. Implikasi prinsip perhatian guru tertampak pada perilaku-perilaku sebagai berikut: a. Guru menggunakan metode secara bervariasi. b. Guru menggunakan media sesuai dengan tujuan belajar dan materi yang diajarkan. c. Guru menggunakan gaya bahasa yang tidak monoton. d. Guru mengemukakan pertanyaan-pertanyaan membimbing (direction question).
2. Prinsip Motivasi Implikasi prinsip motivasi bagi siswa disadarinya oleh siswa bahwa motivasi belajar yang ada pada diri mereka harus dibangkitkan dan mengembangkan secara terus-menerus. Siswa dapat melakukannya dengan menentukan atau mengetahui tujuan belajar yang hendak dicapai, menanggapi secara positif pujian atau dorongan dari orang lain, menentukan target atau sasaran penyelesaian tugas belajar dan perilaku sejenis lainnya. Implikasi prinsip motivasi bagi guru yang tertampak pada perilaku-perilakunya adalah:
a. Memilih bahan ajar sesuai minat siswa.
b. Menggunakan metode dan teknik mengajar yang disukai siswa.
c. Mengoreksi sesegera mungkin pekerjaan siswa dan sesegera mungkin memberitahukan hasilnya kepada siswa.
d. Memberikan pujian verbal atau non-verbal terhadap siswa yang memberikan respon terhadap pertanyaan yang diberikan.
e. Memberitahukan nilai guna dari pelajaran yang sedang dipelajari siswa.
3. Prinsip Keaktifan Prinsip Keterlibatan Siswa dituntut untuk selalu aktif memproses dan mengolah perolehan belajarnya. Untuk itu pembelajar dituntut untuk aktif secara fisik, intelektual dan emosional. Implikasi prinsip keaktifan siswa berwujud perilaku-perilaku seperti mencari sumber informasi yang dibutuhkan, menganalisis hasil percobaan, ingin tahu hasil dari reaksi kimia, membuat karya tulis, membuat kliping dan perilaku sejenis lainnya. Implikasi prinsip keaktifan siswa lebih lanjut menuntu keterlibatan langsung siswa dalam proses pembelajaran. Peran guru mengorganisasikan kesempatan belajar bagi siswa berarti mengubah peran guru dari bersifat mengindividualis, yaitu menjamin bahwa setiap siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan di dalam kondisi yang ada (Sten, 1998 : 224). Hal ini berarti pula bahwa kesempatan yang diberikan oleh guru akan menuntut siswa selalu aktif mencari, memperoleh dan mengolah perolehan belajarnya. Untuk dapat menimbulkan keaktifan belajar pada diri siswa, guru dapat melaksanakan perilaku-perilaku berikut: a. Menggunakan multimetode dan multimedia. b. Memberikan tugas secara individual dan kelompok. c. Memberikan kesempatan pada siswa melaksanakan eksperimen dalam kelompok kecil (beranggota tidak lebih dari 3 orang). d. Memberikan tugas untuk membaca bahan belajar, mencatat hal-hal yang kurang jelas, serta e. Mengadakan tanya jawab dan diskusi.
4. Prinsip Keterlibatan Langsung Bentuk-bentuk perilaku yang merupakan implikasi prinsip keterlibatan langusng bagi siswa misalnya adalah siswa ikut dalam pembuatan lapangan bola voli, siswa melakukan reaksi kimia, siswa berdiskusi untuk membuat laporan, siswa membaca puisi di depan kelas dan perilaku sejenis lainnya. Perilaku keterlibatan siswa secara langsung dalam kegiatan belajar pembelajaran dapat diharapkan mewujudkan keaktifan siswa. Untuk dapat melibatkan siswa secara fisik, mental emosional dan intelektual dalam kegiatan pembelajaran, maka guru hendaknya merancang dan melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan mempertimbangkan karakteristik siswa dan karakteristik isi pelajaran.
Perilaku sebagai inplikasi prinsip keterlibatan langusng/berpengalaman diantaranya adalah:
a. Merancang kegiatan pembelajaran yang lebih banyak pada pembelajaran individual dan kelompok kecil.
b. Mementingkan eksperimen langsung oleh siswa dibandingkan dengan demonstrasi.
c. Menggunakan media yang langsung digunakan oleh siswa.
d. Memberikan tugas kepada siswa untuk mempraktekkan gerakan psikomototik yang dicontohkan.
e. Melibatkan siswa mencari informasi/pesan dari sumber informasi di luar kelas atau luar sekolah.
f. Melibatkan siswa dalam merangkum atau menyimpulkan informasi pesan pembelajaran. Implikasi lain dari adanya prinsip keterlibatan langsung/berpengalaman bagi guru adalah kemampuan guru untuk bertindak sebagai manajer/pengelola kegiatan pembelajaran yang mampu mengarahkan, membimbing dan mendorong siswa ke arah tujuan pengajaran yang ditetapkan.
5. Prinsip Pengulangan Implikasi adanya prinsip pengulangan bagi siswa adalah kesadaran siswa untuk bersedia mengerjakan latihan-latihan yang berulang untuk satu macam permasalahan.Bentuk-bentuk perilaku pembelajaran yang merupakan implikasi prinsip pengulangan diantaranya adalah mennghapal unsur-unsur kimia setiap valensi, mengerjakan soal-soal latihan, menghapal nama-nama latin tumbuhan, atau menghapal tahun-tahun terjadinya peristiwa sejarah. Implikasi prinsip pengulangan bagi guru adalah mampu memilihkan antara kegiatan pembelajaran yang berisi pesan yang membutuhkan pengulangan dengan yang tidak membutuhkan pengulangan karena tidak semua pesan pembelajaran membutuhkan pengulangan. Pengulangan terutama dibutuhkan oleh pesan-pesan pembelajaran yang harus dihapalkan secara tetap tanpa ada kesalahan sedikit pun. Pengulangan juga diperlukan terhadap pesan-pesan pembelajaran yang membutuhkan latihan. Perilaku guru yang merupakan implikasi prinsip pengulangan adalah: a. Merancang pelaksanaan pengulangan. b. Mengembangkan/merumuskan soal-soal latihan. c. Mengembangkan petunjuk kegiatan psikomotorik yang harus diulang. d. Mengembangkan alat evaluasi kegiatan pengulangan, dan e. Membuat kegiatan pengulangan yang bervariasi.
6. Prinsip Tantangan Implikasi prinsip tantangan bagi siswa adalah tuntunan dimilikinya kesadaran pada diri siswa akan adanya kebutuhan untuk selalu memperoleh, memproses dan mengolah pesan. Siswa juga harus memiliki keingintahuan yang besar terhadap segala permasalahan yang dihadapinya. Bentuk-bentuk perilaku siswa yang merupakan implikasi dari prinsip tantangan ini diantaranya adalah melakukan eksperimen, melaksanakan tugas terbimbing maupun mandiri, atau mencari tahu pemecahan suatu masalah. Apabila guru menginginkan siswa selalu berusaha mencapai tujuan, maka guru harus memberikan tantangan pada siswa dalam kegiatan pembelajarannya. Tantangan dalam kegiatan pembelajaran dapat diwujudkan oleh guru melalui bentuk kegiatan, bahan dan alat pembelajaran yang dipilih untuk kegiatan pembelajaran.
Perilaku guru yang merupakan implikasi prinsip tantangan adalah:
a. Implikasi dan mengelola kegiatan eksperimen yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukannya secara individual atau dalam kelompok kecil (3-4 orang)
b. Memberikan tugas kepada siswa untuk memecahkan masalah yang membutuhkan informasi dari orang lain di luar sekolah sebagai sumber informasi.
c. Menugaskan kepada siswa untuk menyimpulkan isi pelajaran yang selesai disajikan.
d. Mengembangkan bahan pembelajaran (teks, hand out, modul dan lainnya) yang memperhatikan kebutuhan siswa untuk mendapatkan tantangan di dalamnya, sehingga tidak harus semua pesan pembelajaran disajikan secara detail tanpa memberikan kesempatan siswa mencari dari sumber lain.
e. Membimbing siswa untuk menemukan fakta, konsep, prinsip dan generalisasi sendiri.
f. Guru merancang dan mengelola kegiatan diskusi untuk menyelenggarakan masalah-masalah yang disajikan dalam topik diskusi.
7. Prinsip Balikan dana Penguatan Untuk memperoleh balikan penguatan bentuk-bentuk perilaku siswa di antaranya adalah dengan segera mencocokkan jawaban dengan kunci jawaban, menerima kenyataan terhadap skor/nilai yang dicapai, atau menerima teguran dari guru/orang tua karena hasil belajar yang jelek. Guru sebagai penyelenggara kegiatan pembelajaran harus dapat menentukan bentuk, cara serta kapan balikan dan penguatan diberikan.Agar balikan dan penguatan bermakna bagi siswa, guru hendaknya memperhatikan karakteristik siswa.
Implikasi prinsip balikan dan penguatan bagi guru berwujud perilaku-perilaku yang diantaranya adalah:
a. Memberitahukan jawaban yang benar setiap kali mengajukan pertanyaan yang telah dijawab siswa secara benar ataupun salah.
b. Mengoreksi pembahasan pekerjaan rumah yang diberikan kepada siswa pada waktu yang telah ditentukan.
c. Memberikan catatan-catatan pada hasil kerja siswa (berupa makalah, laporan, klipping pekerjaan rumah), berdasarkan hasil koreksi guru terhadap hasil kerja pembelajaran.
d. Membagikan lembar jawaban tes pelajaran yang telah dikoreksi oleh guru, disertai skor dan catatan-catatan bagi pebelajar.
e. Mengumumkan atau mengkonfirmasikan peringkat yang diraih setiap siswa berdasarkan skor yang dicapai dalam tes.
f. Memberikan anggukan atau acungan jempol atau isyarat lain kepada siswa yang menjawab dengan benar pertanyaan yang disajikan guru.
g. Memberikan hadiah/ganjaran kepada siswa yang berhasil menyelesaikan tugas.
8. Prinsip Perbedaan Individual Setiap siswa memiliki karakteristik sendiri-sendiri yang berbeda satu dengan yang lain. Kesadaran bahwa dirinya berbeda dengan siswa lain akan membantu siswa menentukan cara belajar dan sasaran belajar bagi dirinya sendiri. Guru sebagai penyelenggara kegiatan pembelajaran dituntut untuk memberikan perhatian kepada semua keunikan yang melekat pada tiap siswa. Guru harus mampu melayani setiap siswa sesuai karakteristik mereka orang per orang.
Implikasi prinsip perbedaan individual bagu guru berwujud perilaku-perilaku yang diantaranya adalah:
a. Menentukan penggunaan berbagai metode yang diharapkan dapat melayani kebutuhan siswa sesuai karakteristiknya.
b. Merancang pemanfaatan berbagai media dalam menyajikan pesan pembelajaran.
c. Mengenali karakteristik setiap siswa sehingga dapat menentukan perlakuan pembelajaran yang tepat bagi siswa yang bersangkutan, dan
d. Memberikan remediasi ataupun penanyaan kepada siswa yang membutuhkan.
Tujuan belajar dan pembelajaran yang lebih spesifik dikemukakan oleh taksonomi Instruksional Bloom. Menurut Bloom, siswa belajar berarti menggunakan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik terhadap lingkungannya.
Ranah kognitif terdiri dari enam jenis perilaku, sebagai berikut:
1) Pengetahuan, yang berkenaan dengan ingtan tentang fakta, peristiwa, pengertian, kaidah, teori, prinsip atau metode.
2) Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna tentang hal yang dipelajari.
3) Penerapan, kemampuan mengaplikasi yang mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru.
4) Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik. Misalnya dapat menguraikan sebab-sebab terjadinya sesuatu, dan memahami hubungan antar bagian-bagiannya.
5) Sintesis, adalah proses memadukan bagian-bagian atau unsure-unsur secara logis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru. Misalnya kemampuan menyusun program kerja.
6) Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat, menilai, dan menentukan keputusan tentang suatu hal berdasarkan criteria tertentu. Misalnya kemampuan menilai hasil karangan.
Ranah afektif terdiri dari lima perilaku, yakni:
1) Penerimaan, yang mencakup kepekaan tentang hal tertentu dan kesediaan memperhatikan hal tersebut. Misalnya kemampuan mengakui adanya perbedaan-perbedaan.
2) Partisipasi, yang mencakup kerelaan, kesediaan memperhatikan, dan berpatisipasi dalam suatu kegiatan.
3) Penilaian dan penentuan sikap yang mencakup menerima suatu nilai, menghargai, mengakui dan menentukan sikap. Misalnya dapat menerima pendapat orang lain.
4) Organisasi, mencakup kemampuan membentuk suatu system nilai sebagai pedoman dan pegangan hidup. Misalnya menempatkan suatu nilai dan menjadikannya sebagai pedoman bertindak secara bertanggung jawab.
5) Pembentukan pola hidup, yang mencakup menghayati nilai dan membentuknya menjadi pola kehidupan pribadi. Misalnya, kemampuan mempermbangkan dan menunjukkan tindakan disiplin.
Sedangkan ranah psikomotorik terdiri dari tujuh perilaku, yaitu:
1) Persepsi, yang mencakup kemampuan memilah-milah hal-hal secara khas serta menyadari perbedaannya. Misalnya perbedaan warna, membedakan angka 6 9enam) dan 9 sembilan).
2) Kesiapan, yang mencakup kesiapan secara jasmani dan rohani sebelum terjadinya suatu gerakan atau rangkaian gerakan.
3) Gerakan terbimbing, kemampuan melakukan gerakan sesuai contoh atau gerakan peniruan, seperti meniru gerak tari.
4) Gerakan terbiasa, kemampuan melakukan gerakan-gerakan tanpa contoh. Misalnya melakukan lompat tinggi dengan tepat.
5) Gerakan kompleks, yaitu kemampuan melakukan gerakan atau keterampulan yang terdiri dari banyak tahap, secara lancer, efisien dan tepat. Misalnya membongkar pasang peralatan secara tepat.
6) Penyesuaian pola gerakan, mencakup kemampuan mengadakan perubahan dan penyesuaian pola gerak-gerak dengan persyaratan khusus yang berlaku. Misalnya keterampilan bertanding olahraga.
7) Kreativitas, yang mencakup kemampuan melahirkan pola gerak yang baru atas dasar prakarsa sendiri. Misalnya kemampuan membuat tari kreasi baru (Dimyati, 2000).
A. Unsur-unsur Dinamis Belajar dan Pembelajaran Unsur-unsur dinamis pada guru untuk penyelenggaraan pembelajaran dan unsur dinamis siswa untuk proses belajar terbagi atas beberapa unsur unsur :
1. Unsur Dinamis Pembelajaran Pada Diri Guru
a. Motivasi membelajarkan siswa dalam hal ini guru sebagai motivator belajar siswa, agar motif-motif positif pada diri siswa dapat di tingkatkan.
b. Kondisi guru agar siap membelajarkan siswa, dimana guru harus memiliki kompetensi yang sesuai dengan tuntutan masyarakat.
Berikut ini beberapa kompetensi dasar guru yang harus dikuasai :
1. Guru memiliki peranan penting dalam kegiatan pembelajaran, yaitu: Membuat desain pembelajaran secara tertulis, lengkap dan menyeluruh Meningkatkan diri untuk menjadi seorang guru yang berkepribadian utuh. Bertindak sebagai guru yang mendidik. Meningkatkan profesinalisme keguruan. Guru berperan sebagai fasilitator belajar, pembimbing belajar, dan pemberi balikan belajar.
2. Menguasai bahan Menguasai bahan bidang studi dalam kurikulum sekolah Menguasai bahan pengayaan/ penunjang bidang studi
3. Mengelola program belajar-mengajar
4. Mengelola kelas Mengatur tata ruang kelas untuk pengajaran Menciptakan iklim belajar mngajar yang serasi
5. Penggunaan media/sumber Mengenal, memilih dan menggunakan media Membuat alat-alat bantu pelajaran sederhana Menggunakan dan mengelola laboratorium dalam rangka proses belajar mengajar Menggunakan perpustakaan dalam proses belajar mengajar
6. Mengelola interaksi belajar mengajar
7. mengenal fungsi dan program layanan bimbingan dan penyuluhan di sekolah
2. Unsur-Unsur Dinamis Siswa Dalam Proses Belajar Unsur-unsur dinamis pada diri siswa dan upaya pengembangan dalam proses belajar adalah sebagai berikut :
a. Unsur motivasi belajar Didalam proses belajar tidak semua siswa memiliki motivasi yang sama. Ada siswa yang telah memiliki motivasi yang kuat, ada pula siswa yang motivasinya rendah, bahkan ada yang tidak memiliki motivasi untuk belajar sama sekali.
Guru dapat memilih peran sesuai dengan keadaan siswa, yaitu :
1. Menumbuhkan motivasi apabila siswa tidak memiliki motivasi untuk belajar.
2. Meningkatkan motivasi apabila siswa memiliki motivasi belajar yang rendah
3. Memelihara motivasi apabila siswa telah memiliki motivasi yang tinggi untuk belajar.
Dalam upaya Pengembangannya dapat di lakukan dengan cara sebagai berikut :
1. Menghadapkan siswa pada hal-hal yang menantang, misalnya dengan jalan mengadakan pemecahan masalah dengan cara menyelidiki, mengadakan percobaan, membuat sesuatu dan sebagainya agar menguatkan motivasi siswa
2. Bagi siswa yang kurang atau lamban di dorong untuk lebih aktif belajar, sementara siswa yang pandai di mintai untuk menjadi tutor dengan tugas memberi penjelasan atau membantu hal-hal yang belum di mengerti atau belum dikerjakan
b. Unsur materi atau bahan belajar. Bahan belajar dapat berwujud isi pendidikan. Isi pendidikan dapat berupa pengetahuan,perilaku, nilai, sikap, dan metode pemerolehan. Bahan belajar dapat dijadikan sarana mempergiat belajar. Bahan belajar dapat menarik perhatian siswa. Guru memiliki peranan penting dalam memilih bahan belajar, dengan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut : Menyesuaikan bahan belajar dengan sasaran belajar (siswa) Menyesuaikan tingkat kesukaran bahan dengan kemampuan siswa Menyesuaikan evaluasi hasil belajar dengan bahan belajar dengan mempertimbangkan kemampuan-kemampuan pada ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.
Upaya pengembangannya dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1. Upayakan ada pemilihan materi pembelajaran
2. Siswa di ikut sertakan untuk ikut mempertanggung jawabkan pemilihan materi pembelajaran
3. Siswa di usahakan untuk memanfaatkan sumber belajar di lingkugan sekitar yang tersedia mungkin
c. Unsur suasana belajar Suasana belajar dapat ditinjau dari dua aspek, yaitu aspek fisik dan non fisik. Aspek fisik suasana belajar berupa kondisi gedung sekolah, tata ruang kelas, dan alat belajar lain yang mempunyai pengaruh pada kegiatan belajar siswa. Jika keadaan fisik sekolah tidak membuat nyaman belajar, maka guru dapat melakukan usaha perbaikan, misalnya menata ruang belajar. Selain itu, berkewajiban mewujudkan pergaulan yang akrab dan tertib disekolah dan berperan membina hubungan baik dengan orang tua dan pihak lain untuk terciptanya suasana yang kondusif untuk belajar.
Dalam upaya pengembangannya dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1. Di usahakan adanya suasana belajar yang akrab dan gembira
2. Siswa belajar bervariasi
3. Kelas di atur secara flexibel sesuai dengan kebutuhan siswa yang belajar
4. Kelas dengan jumlah siswa jangan terlalu besar 5. Menggunakan multi metode dan multi media
d. Unsur media belajar Pembelajar sebagai perancang dan pengguna media dan sumber belajar dalam kegiatan pembelajaran, beberapa hal yang perlu dipertimbangkan:
1. Media dan sumber belajar memiliki manfaat untuk mencapai sasaran belajar. (kemampuan pebelajar dalam mendesain dan memproduksi media dan sumber bahan ajar sesuai dengan bahan pelajaran yang diajarkan.
2. Pembelajar dapat memanfaatkan pengetahuan yang ada disurat kabar, majalah, radio, televis, museum, dan sejenisnya untuk pokok bahasan tertentu.
Upaya pengembanganya dapat di usahakan dengan cara sebagai berikut : 1. Peningkatan penggunaan media 2. Mengikutsertakan siswa dalam penyiapan media dan menggunakan media 3. Siswa di latih membuat media pembelajarn sendiri
e. Unsur kondisi siswa yang belajar Siswa adalah subyek pebelajar dan guru adalah subyek pembelajar bagi siswa. Sebagai subyek pembelajar, guru berhadapan langsung dengan siswa yang merupakan pribadi-bribadi yang sedang berkembang. Dalam diri siswa secara umum mempunyai kesamaan disamping perbedaan satu sama lain, yaitu :
1. Persamaan yang harus dikenal guru Hakikat sebagai anak Anak didik bukan anak dewasa, tetapi sedang berkembang untuk menjadi dewasa Kebutuhan Pokok Tiap anak mempunyai kebutuhan tertentu. Jika kebutuhan tidak dipenuhi maka akan timbul masalah
2. Perbedaan anak satu dengan yang lainnya antara lain sebagai berikut : Perilaku belajar siswa berbeda satu dengan lainnya Kondisi kepribadian siswa secara individual berbeda Kondisi intelegensi, bakat, minat dan motivasi Kondisi fisik ada yang kuat, ada yang lemah, ada yang sehat dan ada yang sakit. Kondisi sosial ekonomi Latar belakang kehidupan rumah tangga orang tua
Upaya Pengembangannya antadapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1. Pembelajaran secara ideal dengan individual
2. Sistem klasikal yang sekarang berlaku di usahakan untuk dilaksanakan secara klasikal bervariasi.
Taksonomi Bloom Lama dan Taksonomi Bloom Revisi
A. Taksonomi sebelum revisi Pada tahun 1956 Bloom mengklasifikan tujuan kognitif dalam enam level, yaitu
: 1. Pengetahuan (knowledge), Berisikan kemampuan untuk mengenali dan mengingat peristilahan, definisi, fakta-fakta, gagasan, pola, urutan, metodologi, prinsip dasar, dsb. Sebagai contoh, ketika diminta menjelaskan manajemen kualitas, orang yg berada di level ini bisa menguraikan dengan baik definisi dari kualitas, karakteristik produk yang berkualitas, standar kualitas minimum untuk produk,
2. Pemahaman (comprehension), Tingkatan yang paling rendah dalam aspek kognisi yang berhubungan dengan penguasaan atau mengerti tentang sesuatu. Dalam tingkatan ini siswa diharapkan mampu memahami ide-ide matematika bila mereka dapat menggunakan beberapa kaidah yang relevan tanpa perlu menghubungkannya dengan ide-ide lain dengan segala implikasinya.
3. Aplikasi (apply), Di tingkat ini, seseorang memiliki kemampuan untuk menerapkan gagasan, prosedur, metode, rumus, teori, dsb di dalam kondisi kerja. Sebagai contoh, ketika diberi informasi tentang penyebab meningkatnya reject di produksi, seseorang yg berada di tingkat aplikasi akan mampu merangkum dan menggambarkan penyebab turunnya kualitas dalam bentuk fish bone diagram
4. Analisis (analysis), Di tingkat analisis, seseorang akan mampu menganalisa informasi yang masuk dan membagi-bagi atau menstrukturkan informasi ke dalam bagian yang lebih kecil untuk mengenali pola atau hubungannya, dan mampu mengenali serta membedakan faktor penyebab dan akibat dari sebuah skenario yg rumit. Sebagai contoh, di level ini seseorang akan mampu memilah-milah penyebab meningkatnya reject, membanding-bandingkan tingkat keparahan dari setiap penyebab, dan menggolongkan setiap penyebab ke dalam tingkat keparahan yg ditimbulkan.
5. Sintesis (synthesis), Satu tingkat di atas analisa, seseorang di tingkat sintesa akan mampu menjelaskan struktur atau pola dari sebuah skenario yang sebelumnya tidak terlihat, dan mampu mengenali data atau informasi yang harus didapat untuk menghasilkan solusi yg dibutuhkan. Sebagai contoh, di tingkat ini seorang manajer kualitas mampu memberikan solusi untuk menurunkan tingkat reject di produksi berdasarkan pengamatannya terhadap semua penyebab turunnya kualitas produk.
6. Evaluasi (evaluation) Dikenali dari kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap solusi, gagasan, metodologi, dsb dengan menggunakan kriteria yang cocok atau standar yg ada untuk memastikan nilai efektivitas atau manfaatnya. Sebagai contoh, di tingkat ini seorang manajer kualitas harus mampu menilai alternatif solusi yg sesuai untuk dijalankan berdasarkan efektivitas, urgensi, nilai manfaat, nilai ekonomis,
B. Taksonomi Bloom Setelah Direvisi Menurut Anderson dan Krathwohl (2001: 66-88) dimensi proses kognitif terdiri atas beberapa tingkat yaitu:
1. Remember (Mengingat) Mengingat adalah kemampuan memperoleh kembali pengetahuan yang relevan dari memori jangka panjang. Kategori Remember terdiri dari proses kognitif Recognizing (mengenal kembali) dan Recalling (mengingat). Untuk menilai Remember, siswa diberi soal yang berkaitan dengan proses kognitif Recognizing (mengenal kembali) dan Recalling (mengingat).
a. Recognizing (mengenal kembali). Recognizing adalah memperoleh kembali pengetahuan yang relevan dari memori jangka panjang kemudian membandingkannya dengan informasi yang tersaji. Dalam Recognizing, siswa mencari potongan informasi dalam memori jangka panjang yang identik atau hampir sama dengan informasi yang baru disampaikan. Ketika menemui informasi baru, siswa menentukan mana informasi yang berkaitan dengan pengetahuan yang sebelumnya diperoleh kemudian mencari yang cocok.
b. Recalling (mengingat) Recalling adalah memperoleh kembali pengetahuan yang sesuai dari memori jangka panjang ketika merespon suatu masalah atau diberikan suatu perintah. Perintah dapat berupa sebuah pertanyaan. Dalam Recalling, siswa mencari sebagian informasi dalam memori jangka panjang, kemudian membawanya untuk mengerjakan memori dimana informasi ini dapat diproses.
2. Understand (Memahami) Memahami adalah kemampuan merumuskan makna dari pesan pembelajaran dan mampu mengkomunikasikannya dalam bentuk lisan, tulisan maupun grafik. Siswa mengerti ketika mereka mampu menentukan hubungan antara pengetahuan yang baru diperoleh dengan pengetahuan mereka yang lalu. Kategori Understand terdiri dari proses kognitif Interpreting (menginterpretasikan), Exemplifying (memberi contoh), Classifying (mengklasifikasikan), Summarizing (menyimpulkan), Inferring (menduga), Comparing (membandingkan), dan Explaining (menjelaskan)
a. Interpreting (menginterpretasikan) Interpreting adalah kemampuan siswa untuk mengubah informasi yang disajikan dari satu bentuk ke bentuk yang lain. Interpreting dapat berupa mengubah kalimat ke kalimat, gambar ke kalimat, angka ke kalimat, kalimat ke angka, dan lain sebagainya.
b. Exemplifying (memberi contoh) Exemplifying adalah kemampuan siswa untuk memberikan contoh yang spesifik atau contoh mengenai konsep secara umum. Exemplifying dapat pula berarti mengidentifikasi pengertian dari bagian-bagian pada konsep umum.
c. Classifying (mengklasifikasikan) Classifying adalah ketika siswa mengetahui bahwa sesuatu merupakan bagian dari suatu kategori. Classifying dapat diartikan pula sebagai mendeteksi ciri atau pola yang menunjukkan bahwa ciri atau pola tersebut sesuai dengan kategori tertentu atau konsep tertentu. Jika Exemplifying dimulai dari konsep umum dan meminta siswa untuk mencari contoh khususnya, maka Classifying dimulai dari contoh khusus dan meminta siswa untuk mencari konsep umumnya.
d. Summarizing (menyimpulkan) Siswa dikatakan memiliki kemampuan Summarizing ketika siswa dapat memberikan pernyataan tunggal yang menyatakan informasi yang disampaikan atau topik secara umum.
e. Inferring (menduga) Inferring berarti dapat mencari pola dari beberapa contoh kasus. Siswa dikatakan memiliki kemampuan Inferring jika siswa dapat membayangkan konsep atau prinsip yang merupakan bagian dari contoh dengan cara mengkode karakteristik yang sesuai dari masing-masing contoh dan lebih penting lagi dengan tidak ada hubungan antara contoh-contoh tersebut.
f. Comparing (membandingkan) Comparing adalah kemampuan menunjukkan persamaan dan perbedaan antara dua atau lebih objek. Comparing dapat juga diartikan sebagai mencari korespondensi satu-satu antara objek yang satu dengan objek yang lain.
g. Explaining (menjelaskan) Explaining adalah kemampuan merumuskan dan menggunakan model sebab akibat sebuah sistem. Siswa yang memiliki kemampuan menjelaskan dapat menggunakan hubungan sebab akibat antar bagian dalam suatu sistem.
3. Apply (Menerapkan) Menerapkan adalah kemampuan menggunakan prosedur untuk menyelesaikan masalah. Siswa memerlukan latihan soal sehingga siswa terlatih untuk mengetahui prosedur apa yang akan digunakan untuk menyelesaikan soal.
Kategori menerapkan (Apply) terdiri dari proses kognitif kemampuan melakukan (Executing) dan kemampuan menerapkan (Implementing).
a. Executing (melakukan) Dalam Executing, jika siswa menemui soal yang sudah dikenal, siswa akan mengetahui prosedur yang akan digunakan. Keadaan yang sudah dikenal ini sering memberikan petunjuk kepada siswa mengenai cara apa yang akan digunakan. Executing lebih cenderung kepada kemampuan menyelesaikan masalah secara skill dan algoritma daripada kemampuan teknik dan metode. Skill dan algoritma memiliki ciri sebagai berikut:
1) langkah pengerjaan soal lebih berurutan
2) jika setiap langkah dikerjakan dengan benar, maka hasil yang akan diperoleh juga pasti benar.
b. Implementing (menerapkan) Dalam Implementing, siswa memilih dan menggunakan prosedur untuk menyelesaikan soal yang belum dikenal siswa. Karena itu, siswa harus memahami benar masalah tersebut sehingga siswa dapat menemukan prosedur yang tepat digunakan untuk menyelesaikan masalah tersebut. Implementing berhubungan dengan dua kategori yang lain yaitu Understand dan Create. Karena siswa belum mengenal soal yang dihadapi sehingga siswa belum mengetahui prosedur apa yang akan digunakan. Karena itu, kemungkinan prosedur yang akan digunakan bukan hanya satu, mungkin membutuhkan beberapa prosedur yang dimodifikasi. Implementing berhubungan dengan teknik dan metode daripada skill dan algoritma.
Teknik dan metode memiliki dua ciri:
1) prosedur mungkin lebih cenderung berupa flowchart daripada langkah yang berurutan, karena itu prosedur memiliki beberapa titik tujuan,
2) jawaban mungkin tidak tunggal. Jawaban yang tepat mungkin terjadi jika setiap langkah dilakukan dengan benar.
4. Analyze (Menganalisis) Menganalisis meliputi kemampuan untuk memecah suatu kesatuan menjadi bagian-bagian dan menentukan bagaimana bagian-bagian tersebut dihubungkan satu dengan yang lain atau bagian tersebut dengan keseluruhannya. Analisis menekankan pada kemampuan merinci sesuatu unsur pokok menjadi bagian-bagian dan melihat hubungan antar bagian tersebut. Di tingkat analisis, seseorang akan mampu menganalisa informasi yang masuk dan membagi-bagi atau menstrukturkan informasi ke dalam bagian yang lebih kecil untuk mengenali pola atau hubungannya dan mampu mengenali serta membedakan faktor penyebab dan akibat dari sebuah skenario yang rumit.
Kategori Apply terdiri kemampuan membedakan (Differentiating), mengorganisasi (Organizing) dan memberi simbol (Attributing)
a. Differentiating (membedakan) Membedakan meliputi kemampuan membedakan bagian-bagian dari keseluruhan struktur dalam bentuk yang sesuai.
b. Organizing (mengorganisasi) Mengorganisasi meliputi kemampuan mengidentifikasi unsur-unsur secara bersama-sama menjadi struktur yang saling terkait.
c. Attributing (Memberi simbol) Attributing adalah kemampuan siswa untuk menyebutkan tentang sudut pandang, bias, nilai atau maksud dari suatu masalah yang diajukan. Attributing membutuhkan pengetahuan dasar yang lebih agar dapat menerka maksud dari inti permasalahan yang diajukan.
5. Evaluate (Menilai) Menilai didefinisikan sebagai kemampuan melakukan judgement berdasar pada kriteria dan standar tertentu. Kriteria sering digunakan adalah menentukan kualitas, efektifitas, efisiensi, dan konsistensi, sedangkan standar digunakan dalam menentukan kuantitas maupun kualitas. Evaluasi mencakup kemampuan untuk membentuk suatu pendapat mengenai sesuatu atau beberapa hal, bersama dengan pertanggungjawaban pendapat itu yang berdasar kriteria tertentu. Adanya kemampuan ini dinyatakan dengan memberikan penilaian terhadap sesuatu.
Kategori menilai terdiri dari Checking (mengecek) dan Critiquing (mengkritik).
a. Checking (mengecek) Cheking adalah kemampuan untuk mengetes konsistensi internal atau kesalahan pada operasi atau hasil. mendeteksi keefektifan prosedur yang digunakan.
b. Critiquing (mengkritik) Critique adalah kemampuan memutuskan hasil atau operasi berdasarkan criteria dan standar tertentu. mendeteksi apakah hasil yang diperoleh berdasarkan suatu prosedur menyelesaikan suatu masalah mendekati jawaban yang benar
6. Create (Berkreasi) Create didefinisikan sebagai menggeneralisasi ide baru, produk atau cara pandang yang baru dari sesuatu kejadian. Create di sini diartikan sebagai meletakkan beberapa elemen dalam satu kesatuan yang menyeluruh sehingga terbentuklah dalam satu bentuk yang koheren atau fungsional. Siswa dikatakan mampu Create jika dapat membuat produk baru dengan merombak beberapa elemen atau bagian ke dalam bentuk atau stuktur yang belum pernah diterangkan oleh guru sebelumnya. Proses Create umumnya berhubungan dengan pengalaman belajar siswa yang sebelumnya.