A. DNA Rekombinan
Secara alami, proses rekombinasi dapat terjadi sehingga memungkinkan suatu gen dapat berpindah dari satu organisme ke organisme lain. Persitiwa tersebut biasanya terjadi diantara organisme yang memiliki kekerabatan yang dekat. Dengan kemajuan teknologi molekuler, perpindahan gen dapat terjadi meskipun antara organisme yang tidak memiliki hubungan kekerabatan. Misalnya gen manusia yang dipindahkan ke bakteri atau ke hewan seperti babi. Teknik penggabungan molekul DNA tersebut dikenal sebagai Teknik rekombinan DNA.
Gambar. DNA Rekombinan terjadi karena ada penggabugan DNA dari sumber yang berbeda
Untuk membuat DNA rekombinan digunakan dua macam enzim yaitu enzim restriksi yang berfungsi memotong molekul DNA dan enzim ligase yang berfungsi menggabungkan molekul DNA. Biasanya DNA rekombinan merupakan gabungan antara DNA vektor dan DNA asing yang merupakan gen target. Selanjutnya adalah memasukkan DNA vektor yang mengandung DNA asing ke dalam sel bakteri. Proses masuknya DNA rekombinan ke sel bakteri disebut transformasi, dan proses ini dapat menyebabkan fenotip sel bakteri mengalami perubahan. Untuk mengetahui sel bakteri telah mengandung DNA rekombinan, maka sel bakteri ditumbuhkan dalam medium padat yang mengandung antibiotik, X-gal ( zat kimia yang berfungsi sebagai indikator) dan IPTG (zat kimia yang berfungsi sebagai inducer). Jika sel bakteri tersebut mengandung DNA rekombinan, maka terdapat koloni berwarna putih pada kultur medium padat. Adanya perubahan yang terjadi pada koloni digunakan untuk memastikan keberhasilan membuat DNA rekombinan dan penggandaan jumlah gen yang disisipkan ke dalam plasmid.
Penggunaan teknik DNA rekombinan untuk diagnosis penyakit dengan memanfaatkan sifat polimorfisme DNA. Seperti diketahui bahwa polimorfisme dalam genom berfungsi sebagai dasar bagi penggunaan teknik DNA rekombinan dalam diagnostik penyakit. Polimorfisme adalah variasi dalam urutan DNA. Dalam genom manusia terdapat jutaan polimorfisme yang berlainan. Yang pertama kali diidentifikasi adalah mutasi titik, substitusi (penggantian) satu basa oleh basa lain. Penelitian selanjutnya menunjukkan bahwa delesi (penghilangan) dan insersi (penyisipan) juga bertanggung jawab atas variasi dalam urutan DNA. Sebagian polimorfisme terjadi di dalam daerah pengkode gen.
Untuk mendeteksi adanya polimorfisme menggunakan polimorfisme panjang fragmen restriksi (RFLP : restriction fragment length polymorphism). Mutasi titik bisa terjadi di tepat pengenalan untuk enzim restriksi sehingga enzim restriksi dapat melakukan pemotongan di tempat pengenalan restriksi yang lain tetapi tidak di tempat mutasi. Akibatnya, fragmen restriksi yang dihasilkan untuk individu dengan mutasi akan berukuran lebih besar dibandingkan dengan individu normal. Mutasi juga dapat menciptakan tempat restriksi yang tidak terdapat di dalam gen normal, sehingga fragmen restriksi yang dihasilkan akan lebih pendek pada individu mutasi dibandingkan dengan individu normal. Variasi dari panjang fragmen restriksi dinamakan dengan restriction fragment length polymorphism (RFLP).
B. Perangkat teknologi DNA rekombinan
Adapun perangkat yang digunakan dalam teknik DNA rekombinan diantaranya enzim restriksi untuk memotong DNA, enzim ligase untuk menyambung DNA dan vektor untuk menyambung dan mengklonkan gen di dalam sel hidup, transposon sebagai alat untuk melakukan mutagenesis dan untuk menyisipkan penanda, pustaka genom untuk menyimpan gen atau fragmen DNA yang telah diklonkan, enzim transkripsi balik untuk membuat DNA berdasarkan RNA, pelacak DNA atau RNA untuk mendeteksi gen atau fragmen DNA yang diinginkan atau untuk mendeteksi klon yang benar. Vektor yang sering digunakan diantarnya plasmid, kosmid dan bakteriofag.
Gambar . Plasmid bakteri sebagai vector
C. Enzim Retriksi
Enzim restriksi merupakan enzim yang memotong molekul DNA. Karena enzim ini memotong di bagian dalam molekul DNA, maka enzim ini juga dinamakan endonuklease restriksi. Enzim ini memotong (menghidrolisis) DNA pada rangka gula-fosfat tepatnya pada ikatan fosfodiester. Enzim restriksi akan mengenali dan memotong DNA hanya pada urutan nukleotida tertentu, biasanya sepanjang 4 hingga 6 pasang basa.
Dalam rangka untuk dapat urutan DNA, pertama-tama perlu untuk memotong menjadi fragmen yang lebih kecil. DNA-enzim mencerna banyak (seperti dalam cairan pankreas Anda) dapat melakukan ini, tapi kebanyakan dari mereka tidak gunakan untuk bekerja urutan karena mereka memotong setiap molekul secara acak. Hal ini menghasilkan koleksi heterogen fragmen berbagai ukuran. Apa yang dibutuhkan adalah cara untuk molekul DNA membelah di sebuah situs justru-terletak sedikit sehingga set kecil fragmen yang diproduksi homogen. Alat untuk ini adalah endonuklease restriksi. Jarang yang situs itu mengakui, semakin kecil jumlah potongan yang dihasilkan oleh endonuklease restriksi tertentu.
Sebuah enzim restriksi memotong DNA dan hanya pada urutan nukleotida tertentu. Sebagai contoh, bakteri Hemophilus aegypticus menghasilkan enzim bernama HaeIII yang memotong DNA mana pun pertemuan urutan
5'GGCC3'
3'CCGG5'
Bekas yang terjadi antara G yang berdekatan dan C. Hal ini urutan tertentu terjadi pada 11 tempat pada molekul DNA sirkular dari virus φX174. Jadi, dengan hal tersebut enzim DNA akan menghasilkan 11 fragmen, masing-masing dengan panjang yang tepat dan urutan nukleotida. Fragmen ini dapat dipisahkan dari satu sama lain dan urutan masing-masing ditentukan.
HaeIII dan Alui memotong lurus di double helix memproduksi "blunt ends". Namun, banyak enzim restriksi memotong dengan cara offset. Ujung-ujung memotong memiliki sepotong menggantung dari DNA beruntai tunggal. Ini disebut "berakhir lengket" karena mereka mampu membentuk pasangan basa dengan molekul DNA yang mengandung ujung lengket pelengkap. Sumber lain dari DNA diperlakukan dengan enzim yang sama akan menghasilkan molekul-molekul tersebut.
te
Beberapa bagian terpenting yang selalu digunakan dalam rekayasa genetika.Yang pertama adalah enzim seluler dan yang kedua adalah vektor. Hal tersebut akan dibahas sebagai berikut:
Enzim seluler
Enzim yang dipakai oleh orang-orang bioteknologi dalam memanipulasi DNA diantaranya adalah enzim Endonuklease, yaitu enzim yang mengenali batas-batas sekuen nukleotida spesifik dan berfungsi dalam proses restriction atau pemotongan bahan-bahan genetik. Penggunaan enzim ini yang paling umum antara lain pada sekuen palindromik. Enzim ini dibentuk dari bakteri yang dibuat sedemikian rupa sehingga dapat menahan penyusupan DNA, seperti genom bacteriophage.Ada juga DNA polimerisasi, yaitu enzim yang biasa dipakai untuk meng-copy DNA. Enzim ini mengsintesis DNA dari sel induknya dan membentuk DNA yang sama persis ke sel induk barunya. Enzim ini juga bisa didapatkan dari berbagai jenis organisme, yang tidak mengherankan, karena semua organisme pasti harus meng-copy DNA mereka. Selain DNA polimerisasi, ada juga enzim RNA polimerisasi yang berfungsi untuk ’membaca’ sekuen DNA dan mengsintesis molekul RNA komplementer. Seperti halnya DNA polimerisasi, RNA polimerisasi juga banyak ditemukan di banyak organisme karena semua organisme harus ’merekam’ gennya.Selanjutnya yang akan dibahas adalah enzim DNA ligase. Enzim DNA ligase merupakan suatu enzim yang berfungsi untuk menyambungkan suatu bahan genetik dengan bahan genetik yang lain. Contohnya saja, enzim DNA ligase ini dapat bergabung dengan DNA (atau RNA) dan membentuk ikatan phosphodiester baru antara DNA (atau RNA) yang satu dengan lainnya.Kemudian, ada pula enzim reverse transcriptases yang berfungsi membentuk blue-print dari molekul RNA membentuk cDNA (DNA komplementer). Enzim ini dibuat dari virus RNA yang mengubah genom RNA virus menjadi DNA ketika virus menginfeksi inangnya. Enzim ini biasa dipakai ketika bertemu dengan gen eukariotik yang biasanya terpisah-pisah menjadi potongan kecil dan dipisahkan oleh introns dalam kromosom.
Vektor natural
Sebagai salah satu cara untuk memanipulasi DNA di luar sel, para ilmuwan dalam bioteknologi harus bisa membuat suatu tempat yang keadaannya stabil dan cocok dengan tempat DNA yang dimanipulasi. Sekali lagi, alam telah memberikan solusi dari masalah ini. Vektor disini bisa diartikan sebagai alat yang membawa DNA ke dalam sel induk barunya. Agar suatu metode dalam rekayasa genetika dianggap berhasil, di dalam vektor, DNA hasil rekombinan seharusnya benar-benar hanya dibawa setelah sebelumnya DNA rekombinan digabungkan dengan DNA vektor melalui enzim ligase. Namun di dalam vektor, DNA rekombinan tidak termutasi lagi membentuk DNA dengan sifat baru. Contoh dari vektor natural dari alam adalah plasmid dan virus atau bacteriophage.
Enzim restriksi memiliki beberapa karakteristik, diantaranya:
a. Enzim restriksi mengenali urutan nukleotida spesifik
b. Enzim restriksi memotong ikatan fosfodiester diantara basa spesifik, satu di setiap helai DNA.
c. Hasil dari masing-masing reaksi tersebut yakni dua buah fragmen DNA untai ganda.
d. Enzim restriksi tidak membeda-bedakan antara DNA yang berasal dari organisme yang berbeda.
e. Sebagian besar enzim restriksi akan memotong DNA yang mengandung urutan pengenalan mereka, tidak mempermasalahkan sumber DNA tersebut.
f. Enzim restriksi merupakan bagian alami dari sistem pertahanan bakteri.
D. Plasmid
Plasmid adalah molekul DNA yang terpisah dari, dan dapat bereplikasi secara independen dari, DNA kromosom. Di dalam satu sel, dapat ditemukan lebih dari satu plasmid dengan ukuran yang sangat bervariasi namun semua plasmid tidak mengkodekan fungsi yang penting untuk pertumbuhan sel tersebut. Umumnya, plasmid mengkodekan gen-gen yang diperlukan agar dapat bertahan pada keadaan yang kurang menguntungkan sehingga bila lingkungan kembali normal, DNA plasmid dapat dibuang. Plasmid Istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh ahli biologi molekuler Amerika Yosua Lederberg pada tahun 1952.
Pada awalnya penamaan plasmid didasarkan pada sifat fenotipe yang dikodekan oleh DNA plasmid tersebut. Contohnya plasmid ColE1 yang berasal dari E. coli dapat menyandikan bakteriocin colicin. Banyaknya laboratorium ataupun institusi yang membuat plasmid kloning membuat sistem penamaan tersebut berubah. Untuk standardisasi penulisan plasmid, digunakan huruf "p" yang diikuti oleh inisial huruf kapital dan angka. Huruf kapital diambil dari nama institusi atau laboratorium tempat plasmid tersebut berasal ataupun dari nama penemu plasmid tersebut. Sedangkan, angka yang ada merupakan kode antara dua laboratorium tempat plasmid tersebut dibuat. Contohnya: pBR322, "p" menyatakan plasmid, BR merupakan laboratorium tempat plasmid tersebut pertama kali dikonstruksi (BR dari Bolivar dan Rodriguez, perancang plasmid tersebut), sedangkan 322 menyatakan di laboratorium mana plasmid ini dibuat, banyak pBR lainnya seperti pBR325, pBR327, dll
Plasmid yang digunakan dalam rekayasa genetika disebut vektor. Plasmid berfungsi sebagai alat penting dalam laboratorium genetika dan bioteknologi, di mana mereka umumnya digunakan untuk memperbanyak (membuat banyak salinan) atau mengekspresikan gen tertentu . Plasmid banyak tersedia secara komersial untuk penggunaan tersebut. Gen dapat direplikasi dimasukkan ke salinan gen yang mengandung plasmid yang membuat sel-sel resisten terhadap antibiotik tertentu dan situs kloning ganda (MCS, atau polylinker), yang merupakan daerah pendek yang mengandung situs restriksi beberapa yang umum digunakan memungkinkan penyisipan DNA mudah fragmen di lokasi tersebut. Selanjutnya, dimasukkan ke dalam plasmid bakteri dengan proses yang disebut transformasi. Kemudian, bakteri yang terkena antibiotik tertentu. Hanya bakteri yang mengambil salinan plasmid bertahan hidup, karena plasmid membuat mereka bertahan. Secara khusus, gen melindungi diekspresikan (digunakan untuk membuat protein) dan protein diekspresikan memecah antibiotik. Dengan cara ini, antibiotik bertindak sebagai filter untuk bakteri yang dimodifikasi. Kemudian bakteri tersebut dapat tumbuh dalam jumlah besar, dipanen, dan segaris (sering menggunakan metode lisis alkali) untuk mengisolasi plasmid bunga.
E. Kloning
Klon (clone) berasal dari kata Yunani yang berarti ranting. Jaringan-jaringan non reproduktif digunakan untuk pengklonan keseluruhan individu. Kloning (klonasi) merupakan teknik penggandaan gen yang menghasilkan turunan yang sama sifat baik dari segi hereditas maupun penampakannya dengan induknya, pada organisme, baik tumbuhan, hewan maupun manusia.
Kloning DNA adalah memasukkan DNA asing ke dalam plasmid suatu sel bakteri, DNA yang dimasukkan ini akan bereplikasi dan diturunkan pada sel anak pada waktu sel tersebut membelah. Jadi gen asing ini tetap melakukan fungsi seperti sel asalnya, walaupun berada dalam sel bakteri. Pembentukan DNA rekombinan ini disebut juga rekayasa genetika. Perekayasaan genetika terhadap satu sel dapat dilakukan dengan hanya menghilangkan, menyisipkan atau menularkan satu atau beberapa pasang basa nukleotida penyusun molekul DNA tersebut. Untuk kloning ini diperlukan plasmid dan enzim untuk memotong DNA, serta enzim untuk menyambungkan gen yang disisipkan itu ke plasmid.
Gambar . Klon yang mengandung DNA rekombinan
Dalam melakukan pengklonan suatu DNA asing atau DNA yang diinginkan atau DNA sasaran harus memenuhi hal-hal sebagai berikut. DNA plasmid vektor harus dimurnikan dan dipotong dengan enzim yang sesuai sehingga terbuka. DNA yang akan disisipkan ke molekul vektor untuk membentuk rekombinan buatan harus dipotong dengan enzim yang sama. Reaksi pemotongan dan penggabungan harus dipantau dengan menggunakan elektroforesis gel. Rekombinan buatan harus ditransformasikan ke E. coli atau ke vektor lainnya. Tahapan proses kloning DNA (gambar diatas) adalah melakukan isolasi DNA plasmid dan DNA target. Kemudian dengan menggunakan enzim restriksi untuk memotong DNA sehingga diperoleh fragment DNA target. Selanjutnya DNA target disisipkan pada plasmid dan ditransformasikan ke dalam sel inang. Hasilnya akan diperoleh bakteri yang mengandung DNA rekombinan dan ada pula bakteri yang tidak engalami proses transformasi. Untuk membedakannya, digunakan medium selektif yang mengandung antibiotik. Bakteri yang mengandung DNA rekombinan mengandung gen yang resisten terhadap antibiotik sehingga akan tetap hidup dalam medium selektif. Kemudian bakteri rekombinan diperbanyak dengan cara kloning sehingga diperoleh klon-klon dalam jumlah yang besar yang bias digunakan dalam berbagai bidang seperti untuk menemukan gen yang resisten hama, gen yang bisa membuat bakteri membersihkan toksik, gen untuk meghasilkan hormon, dan lain-lain.
F. Polymerase Chain Reaction (PCR)
PCR merupakan suatu reaksi enzimatis untuk melipatgandakan suatu urutan nukleotida tertentu secara in vitro. Metode ini dikembangkan pertama kali oleh Kary B. Mulis pada tahun 1985. Dengan menggunakan metode PCR, akan diperoleh pelipatgandaan suatu fragmen DNA sebesar 200.000 kali melalui 20 siklus reaksi selama 220 menit.
Pembelahan molekul DNA sangat penting dalam proses amplifikasi DNA melalui teknik Polymerase Chain Reaction (PCR) atau reaksi berantai polimerase. Seperti telah diketahui bahwa molekul DNA selalu dalam keadaan berpasangan (double stranded DNA),dan untuk membelah molekul DNA digunakan “gergaji” yang bisa berupa pemanasan (suhu ≥ 90oC) atau dengan larutan NaOH (konsentrasi 0,4 M).
Empat komponen utama dalam proses PCR adalah :
1. DNA cetakan yaitu fragmen DNA yang akan di lipatgandakan
2. Oligonukleotida primer, yaitu suatu urutan nukleotida pendek ( 15-25 basa nukleotida), digunakan untuk mengawali sintesis rantai DNA
3. Deoksiribonukleotida trifosfat (dNTP), terdiri atas dATP, dCTP, dGTP, dan dCTP
4. Enzim DNA polimerase, yaitu enzim yang mengkatalisis reaksi sintesis DNA
PCR melibatkan banyak siklus yang masing-masing mempunyai tiga tahapan berulang yaitu denaturasi DNA cetakan pada suhu 94-100 0C, annealing (penempelan) pasangan primer pada DNA target pada suhu 37-60 oC, dan extension (pemanjangan) primer pada suhu 72 oC.
Gambar . Proses Replikasi melalui PCR
Beberapa keuntungan PCR adalah memerlukan waktu yang relative lebih singkat bila dibandingkan dengan memperbanyak dengan menggunakan vector dan hanya memerlukan sejumlah kecil DNA target Sedangkan kerugiannya antara lain kita harus mengetahui urutan nukleotida dari segmen DNA yang diinginkan (untuk mensintesis primer), dan hanya dapat diaplikasikan pada fragmen DNA yang pendek, berukuran kurang dari 5 kb.
G. Complementary DNA (cDNA)
Urutan nukleotida DNA dari sebagian besar organisme masih tidak diketahui. Mengetahui urutan dari DNA suatu oganisme atau suatu klon fragment DNA memberikan informasi yang sangat berharga untuk studi lanjutan. Urutan dari suatu gen dapat digunakan untuk memprediksi fungsi dari gen, untuk membandingkannya dengan urutan yang sama dari organisme yang berbeda, dan untuk mengidentifikasi mutasi atau keselahan dalam urutan DNA. Hal ini karena genom dari sebagian besar organisme terdiri dari milyaran nukleotida seh ingga molekul DNA yang digunakan untuk reaksi sekuensing harus dipotong terlebih dahulu menjadi fragmen yang lebih kecil dengan menggunakan enzim restriksi.
Gambar . Sekuensing/Proses Pengurutan DNA
Gambar tersebut merupakan proses untuk memahami bagaimana DNA disekuensing. Kita mencampurkan suatu fragment DNA yang tidak dketahui, DNA polimerase, dan 4 jenis nukelotida yaitu A, C, G, T dalam suatu tabung. Masing-masing nukelotida dalam jumlah sedikit diberi pewarna fluorescen (berpendar) yang juga memodifikasi struktur nukleotida. Apabila sebuah nukelotida modifikasi berfluorescent bergabung dalam rantai sintesis baru, maka reaksi akan berhenti. Hal ini akan menghasilkan rantai DNA dengan panjang yang berbeda-beda. Reaksi sekuensing sudah lengkap jika fragment DNA dipisahkan dengan menggunakan elektroforesis gel. Gel kemudian dianalisis dalam suatu mesin sekuensing otomatis untuk mendeteksi warna dari masing-masing nukelotida bertanda. Urutan dari cetakan DNA asal akan terlihat dari perbedaan fragmen bertanda.
Dalam mekanismenya, yaitu di dalam eukaryotik, terdapat segmen gen yang kemudian memanggil exons, yang dipisahkan oleh urutan nucleotida, juga memanggil introns. Exons dan introns dicatat oleh RNA polymerase, akan menghasilkan mRNA. Introns kemudian dipisahkan dari mRNA dan exons yang menyambung untuk membentuk mRNA matang. DNA sel prokariotik tidak cortain introns dan sel prokariot kemudian tidak mampu untuk memindahkan introns dari DNA eukariotik dan mRNA menjadi fungsional. Oleh karena itu, DNA eukariotik tidak bisa secara langsung masuk ke dalam sel prokariotik untuk menggunakan protein eukariotik. Sebelum DNA eukariotik dapat masuk ke dalam sel prokariotik, mRNA eukariotik yang matang harus terisolasi dan digunakan untuk pembuatan DNA tanpa introns. Enzim akan transcriptase mRNA menghasilkan single-strand DNA dan single-strand DNA akan menghasilkan pula double-strang DNA. Akan menghasilkan DNA, yang kemudian memanggil cDNA, kemudian bisa masuk ke dalam sel bakteri. Gen sebagai cDNA dapat membuat dan diterjemahkan oleh sel bakteri.
H. Cara pembuatan insulin secara Rekombinan
a. Ekstraksi mRNA dari sample pankreas manusia. Gunakanpelarut untuk melepaskan protein tanpa mempengaruhi DNA/RNA Sebagian mRNA manusia mempunyai ekor yang terdiri dari basa adenin yang berpasangan dengan timin dan sitosin dengan guanin.
b. Hal ini mendesak mRNA untuk bergeser ke arah bead (affinity chromatography). Sebagian besar DNA dan non-mRNA tidak dapat melekat pada bead dan keduanya terpisah dari mRNA
c. Plasmid disisipkan ke bakteri secara transformasi sehingga banyak salinan plasmid yang akan dibuat.biasanya setiap bakteri memilki satu plasmid. Khususnya Escherichia coli, bakteri usus sebagai ’pekerja’. Bakteri rekombinan yang baru memiliki gen yang baru. DNA mengkode sebuah protein yang menginstruksi bakteri untuk membuat mRNA baru yang membuat protein baru. Tujuannya untuk menciptakan bakteri yang menghasilkan insulin bagi manusia.
d. Karena sejumlah mRNA telah diekstraksi, maka terdapat gen aktif pankreas. Untuk menemukan bakteri rekombinan spesifik dengan insulin sebagai target spesifik, kita membutuhkan ‘peta’ . Pada proses ini, perlu dibedakan baik sekuen insulin DNA ataupun protein insulin. Sel yang dapat mengekspresikan insulin dengan benar diidentifikasi. Kemudian dapat berkembang dalam jumlah banyak dalam media yang dibuat dalam asam amino, vitamin dan gula.sehingga insulin dalam jumlah banyak dapat diproduksi dengan cepat (bakteri menggandakan diri setiap 40 menit). Pecahkan sel, kemudian murnikan insulin dari protein bakteri dengan kromatografi.
e. Kemas insulin murni, lalu simpan di vial atau injeksi.
I. Manfaat teknologi rekombinan DNA
Aplikasi teknik DNA rekombinan dalam bioteknologi diantaranya adalah produksi vaksin, insulin, antibodi dan sebagainya. Misalkan saja insulin yang digunakan untuk mengatasi diabetes diproduksi dengan menggunakan teknik DNA rekombinan. Gen insulin yang berasal dari sapi kemudian ditentukan urutan DNA-nya setelah itu direkombinasikan di dalam suatu vektor misal plasmid kemudian dimasukan dalam sel bakteri. Selanjutnya bakteri ini mengalami transformasi dan bisa menghasilkan insulin. Ini adalah satu contoh aplikasi teknik DNA rekombinan dalam bioteknologi. Beberapa produk DNA rekombinan yang digunakan dalam terapi manusia, diantaranya :
Insulin untuk penderita diabetes
Faktor VIII untuk laki-laki menderita hemofilia a
Faktor IX untuk hemofilia b
Hormon pertumbuhan manusia (hgh)
Erythropoietin (epo) untuk mengobati anemia
Beberapa jenis interferon
Beberapa interleukin
Granulocyte-macrophage colony-stimulating factor (gm-csf)
untuk menstimulasi sumsum tulang setelah transplantasi sumsum tulang
Granulocyte koloni-stimulating factor (g-csf) untuk merangsang
neutrofil produksi, misalnya, setelah kemoterapi dan untuk memobilisasi sel induk hematopoietik dari sumsum tulang kedalam darah.
Aktivator plasminogen jaringan (tpa) untuk melarutkan gumpalan darah
Adenosin deaminase (ada) untuk mengobati beberapa bentuk severe combined immunodeficiency (scid)
Hormon paratiroid
Beberapa antibodi monoclonal
Antigen permukaan hepatitis B untuk vaksinasi terhadap virus hepatitis B
C1 inhibitor (c1inh) digunakan untuk mengobati edema
angioneurotic turun-temurun.
Referens
http://www.p4tkipa.org/data/rekgen.pdf
http://www.blogger.com/feeds/4976092196276349817/posts/default
http://users.rcn.com/jkimball.ma.ultranet/BiologyPages/R/RestrictionEnzymes.html
http://en.wikipedia.org/wiki/Plasmid akses 10 Desember 2011
http://muhaiminrifai.lecture.ub.ac.id/files/2011/01/Modul-Genetika.pdf
http://skp.unair.ac.id/repository/Guru- Indonesia/RekombinasiGenetik_ChaidarWarianto_23.pdf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar